Kalau ditanya siapa salah satu atlet Indonesia
yang saya sukai, maka jawabannya adalah Hendra Setiawan. Diusianya yang sudah
38 tahun dia masih sangat aktif bermain di level profesional. Padahal untuk
ukuran atlet professional, Hendra Setiawan sudah tergolong tua. Lihat saja
pemain-pemain badminton yang satu angkatan dengannya, ada Lee Yong Dae, Fu
Haifeng, Chai Yun, Mathias Boe, Carsten Mogensen, Koo Kien Keat, Tan Boon
Heong, dan banyak atlet lainnya sudah gantung raket alias pensiun.
PROFIL SINGKAT HENDRA SETIAWAN
Pria yang lahir pada 25 Agustus
1984 ini memulai karir profesionalnya di Sektor ganda putra bersama Markus
Kido. Mereka meraih peringkat 1 dunia Badminton World Federation (BWF) pada
tahun 2007. Pada tahun ini juga mereka berhasil menjadi juara BWF World
Championship. Puncak prestasi mereka adalah ketika mampu menjadi juara dunia
olimpiade di Beijing pada tahun 2008 mengalahkan unggulan tuan rumah sekaligus
rival mereka Chai Yun/Fu Haifeng.
PRESTASI
Bersama Markus Kido, banyak
prestasi yang telah mereka torehkan. Bersumber dari en.wikipedia gelar-gelar
bergengsi yang pernah mereka raih adalah :
- Juara Olympiade 2008
- Juara Dunia 2007 & Perunggu tahun 2010
- Juara Badminton World Cup 2006
- Juara Asian Games 2010 & Perunggu tahun 2006
- 2x Juara Asian Championship 2005 dan 2009 & Perak 2003
- 3x Juara Southeast Asian Games 2005, 07, 09 & Perak 2011
- 9x Juara Superseries & 5x Runner-up
- 6x Juara BWF Grand Prix & 2x Runner-up
Namun pada akhir tahun 2012,
Hendra Setiawan dan Markus Kido berpisah. Hendra Setiawan dipasangkan dengan
Muhammad Ahsan sedangkan Markus Kido dipasangkan dengan Alvent Yulianto. Tidak
perlu waktu lama, pasangan ganda putra Hendra/Ahsan ini langsung menunjukkan
kemampuan terbaik mereka.
Pada tahun 2013 mereka meraih
gelar pertama di Malaysia Open. Tidak berhenti sampai disana, Hendra/Ahsan
langsung meraih empat gelar berturut-turut yang salah satunya adalah menjadi
juara dunia. Berkat torehan prestasi meraka, November 2013 pasangan ini
berhasil menduduki peringkat satu dunia.
Tahun 2017 mereka memutuskan
untuk berpisah sebelum akhirnya pada tahun 2018 mereka kembali berpasangan
untuk menorehkan banyak prestasi lainnya. Apa saja prestasi-prestasi yang telah
mereka raih. Berikut ringkasannya :
- 3x Juara Dunia 2013, 15, 19 & Runner-up 2022
- Juara Asian Games 2014
- Runner-up Asian Championship 2015
- 4x Juara BWF World Tour & 12x Runner-up
- 9x Juara BWF Superseries & 4x Runner-up
- 1x Juara BWF Grand Prix & 1x Runner-up
Kini pasangan Hendra/Ahsan ini
masih terus mampu untuk berkompetisi di Level tertinggi bulu tangkis. Ditengah
banyaknya pasangan-pasangan muda yang lebih energik, powerful dan berstamina,
mereka selalu menampilkan permainan terbaik. Maka tak salah jika para pecinta
bulu tangkis dunia memberi mereka ‘The Daddies’.
Tentu ada alasan mengapa Ko Hen
sapaan akrab dari Hendra Setiawan ini masih ingin terus tampil di Pentas
olahraga tepok bulu ini. Bisa kita lihat juga bagaimana ia dengan partnernya
yaitu Muhammad Ahsan masih berada dalam performa yang sangat baik untuk
mengalahkan pasangan-pasangan muda lainnya. Bahkan update sampai hari ini (04
Oktober 2022) mereka berada pada peringkat kelima dunia.
Bagaimana bisa seorang Hendra
Setiawan yang berusia 38 tahun dengan Muhammad Ahsan yang berusia 35 tahun
tetap mampu menunjukkan kemampuannya di atas lapangan dengan sangat bagus.
Motivasi, itulah jawaban Dewa Hendra ketika ditanya oleh salah satu mantan
atlet bulu tangkis Indonesia Yuni Kartika mngapa sampai saat ini ia masih terus
aktif bermain. Ia tidak ingin hanya sekedar bermain tapi ingin selalu tampil
untuk menjadi juara.
KEMAMPUAN DAN KEAHLIAN HENDRA SETIAWAN
Satu hal yang harus kita tahu
tentang Ko Hen ini adalah skill permainannya yang jarang bisa kita lihat dari
pemain lainnya. Maka tidak salah jika banyak orang yang menjulukinya sebagai
Dewa Hendra. Tentu ini sangat beralasan mengingat bagaimana cara ia bermain
untuk mampu mengalahkan lawan-lawannya.
MASTER OF DECEPTION
BWF membuat video kompilasi
tentang kemampuan Ko Hen dan menjulukinya sebagai ‘Master of Deception’ atau
ahlinya tipuan. Kemampuan inilah yang menjadi salah satu andalannya ketika
bermain di lapangan.
Skil Ko Hen ini adalah kemampuan
untuk mampu merubah dan mengarahkan shuttle kok ke arah yang sulit diduga oleh
lawannya. Saat ia menerima pukulan kok dari lawannya, Ko Hen mampu membuat
pukulan balik yang menyulitkan lawannya. Saat ia melihat ruang kosong maka ia
akan langsung mengarahkan koknya tanpa diduga oleh lawannya. Ditambah posisi
dan gaya tubuh serta arah mata yang seolah-olah ingin memukul ke arah yang
berbeda. Menurut saya ini adalah spesialisnya seorang Hendra Setiawan. Pergelangan
tangannya mampu untuk bergerak dan mengarahkan kok ke arah yang ia inginkan. Bukan
sekali dua kali juara olimpiade 2008 ini melakukannya, ini membuktikan bahwa
kemampuannya memang diatas rata-rata.
Kemampuan ini dipunya oleh Ko Hen
berkat ketenangannya dalam membaca permainan. Ia tidak terburu-buru melainkan
melihat posisi dan pergerakan lawan baru membuat keputusan dengan sangat cepat.
AHLI BERMAIN DEPAN NET
Pasangan Ahsan ini dikenal sangat
ahli dalam permainan depan net. Sikapnya yang sangat tenang menjadi salah satu
kelebihannya. Hal ini juga didukung oleh kekagumannya pada salah satu legenda
badminton Indonesia, yaitu Tony Gunawan. Hendra ingin meniru gaya permainan
pemain favoritnya namun tidak bisa. Akhirnya Ko Hen mengembangkan gaya
permainannya sendiri.
Lee Yong Dae sebagai sesama atlet
bulu tangkis sampai memberi pujian kepadanya. Ia bahkan bercanda dengan
mengatakan jika Hendra Setiawan memiliki net di rumahnya.
MENGATUR RITME DAN TEMPO PERMAINAN
Kemampuan lainnya dari Dewa
Hendra adalah membaca permainan untuk mengatur ritme dan tempo permainan sesuai
yang ia inginkan. Ia tahu kapan harus bermain secara bertahan atau kapan akan
menyerang. Kecerdasannya dalam mengatur tempo membuat lawan sering mati kutu.
Ko Hen seolah-olah tahu kemana arah pukulan kok lawannya. Seringkali ia
memancing lawannya bermain depan net, melakukan pukulan drop shot ke sisi kanan
atau kiri baru kemudian setelah timingnya bagus Ko Hen akan langsung mencari
titik pukulan yang sulit dikembalikan oleh lawannya.
Di tahun 2022 ini prestasi
Hendra/Ahsan terbilang cukup bagus.
Mereka berhasil tiga kali masuk
final pada turnamen bergengsi meski ketiga-tiganya menjadi runner-up. Yang
membanggakan tentu saja masuk final kejuaraan dunia sebelum dikalahkan oleh pasangan dari
Malaysia. Setidaknya ini masih menjadi sinyal bahwa The Daddies akan terus
aktif bermain sampai mereka merasa bahwa sudah saatnya mereka untuk gantung
raket alias pensiun.
Sebagai pecinta olahraga bulu
tangkis kita berharap agar penerus ganda putra Indonesia dapat meneruskan
estafet dari senior mereka dengan lebih baik. Kini sudah banyak ganda-ganda
putra Indonesia yang berprestasi di level professional. Ada Fajar/Rian,
Kevin/Marcus, Bagas/Fikri dan lainnya. Tentu ini tidak lepas dari pengaruh
pasangan-pasangan senior yang terus membimbing dan memberi contoh kepada
mereka.
Terakhir kita berharap agar olahraga ini dapat terus mengharumkan bangsa kita di level dunia tentu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas.
Sumber Gambar :
- Nardisoero, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons
- TSportsasia, CC BY-SA 3.0 httpscreativecommons.orglicensesby-sa3.0, via Wikimedia Commons
0 komentar:
Posting Komentar