Pembukaan
Pertempuran Manzikert ini
senantiasa dirayakan oleh Bangsa Turki di bulan Agustus. Mereka mengenang
kembali pertempuran yang merubah peta dunia islam dan mengubah sosial politik
yang terjadi di wilayah Imperium Byzantium dan
Turki, Bahkan dibuatkan satu monument untuk mengenang kembali 1000 tahun
yang lalu bagaimana kaum muslimin mengukir kemenangan emas di Manzikert.
Manzikert dalam Negara Turki
sekarang yaitu satu kota propinsi yang berada di wilayah Mus, yaitu Turki Timur
mereka menyebutnya sebagai Malazgirt.
Di wilayah ini untuk mengenang pertempuran Manzikert mereka membangun masjid
yang diberi nama Masjid Agung Mus.
Pertempuran Manzikert yang
terjadi 1000 tahun yang lalu ini senantiasa selalu diingatkan kepada masyarakat
Turki agar menjadi titik tolak perubahan kaum muslimin hari ini sebagaimana
yang terjadi 1000 tahun yang lalu.
Sejarawan Turki yang bernama Profesor
Mukrimin Halil Yinanc, dia mendudukan Pertempuran Manzikert ini sama seperti Perang
Yarmuk dan Perang Qadisiyah. Tentu kita tahu bahwa dua pertempuran itu adalah
pertempuran yg sangat penting dan siginifikan yang terjadi pada masa Umar Bin
Khattab.
Pertempuran Yarmuk di mana
kekuasaan Romawi di wilayah jazirah terselesaikan dan kaum muslimin memperoleh
kemenangan yg dipimpin oleh Abu Ubaidah Ibnu Jarrah dan kunci Syam diberikan langsung
kepada Umar sebagai bentuk penghormatan bagaimana Romawi terselesaikan
imperiumnya di Syira.
Perang Qadisiyah menjadi tanda
berakhirnya Imperium Persia yang juga terjadi pada masa Umar berselang beberapa
tahun setelah Perang Yarmuk yang pada waktu itu pasukan kaum muslimin dipimpin
oleh Saad Ibn Waqqash. Saad melakukan ekspansi menggunakan semua komponen kaum
muslimin dan melakukan inovasi-inovasi yang sangat luar biasa untuk menaklukkan
Negeri Persia.
Mukrimin Halil Yinanc dia
menyamakan Pertempuran Manzikert sama dengan Pertempuran Yarmuk dan Qadisiyah
artinya pertempuran ini juga menyelesaikan sebuah imperium besar. Ini momentum untuk
menekuk kesombongan romawi yang pada waktu itu dipimpin oleh Romanus IV yang
bernama Diogenes.
Mengapa? Karena Diogenes ini
bukan berdarah biru sebagai seorang Kaisar Romawi. Hanya karena dia menikah
dengan wanita yang memiliki darah biru kerajaan lalu kemudian dia menyampaikan
ke masyarakatnya bahwa levelnya adalah level kaisar sehingga kemudian ia dinobatkan
menjadi seorang kaisar. Niat utamanya adalah untuk memperbesar Imperium
Bizantium Timur.
Maka dia melihat situasi kaum
muslimin yang pada waktu itu masih berkonsentrasi untuk menyelesaikan konflik di
wilayah Afrika. Maka dia ingin meyerang kaum muslimin untuk membuktikan bahwa
dia memang berlevel seorang kaisar meskipun dia bukan berdarah biru . Sehinga
pertempuran ini dihembuskan sebagai pertempuran Romawi Suci Eropa.
Pertempuran Manzikert ini
mengubah peta pertarungan politik dunia khususnya Romawi dan Turki. Pertempuran
ini dianggap sebagai peristiwa yang mengubah dunia karena dengan peristiwa ini Kaisar
Bizantium Diogenes ternyata tidak bisa membuktikan dirinya sebagai Kaisar
Romawi sehingga menjadi salah satu penyebab kehancuran Bizantium yang saat ini
di wilayah Istanbul dan mengubah peta wilayah masyarakat Turki.
Karena sejak peristiwa ini
masyarakat Turki bisa berbondong-bondong masuk ke Bizantium melalui satu tempat
yang sangat bersejarah yaitu Anatolia dan tempat itu menjadi pintu masuk bagi
Bangsa Turki ke Bizantium.
Kalau kita membaca sejarah Romawi
dan Yunani mereka selalu membanggakan Anatolia karena di tempat itu telah
terukir sejarah-sejarah kehebatan mereka baik dari segi science, budaya dan
peradaban. Tapi melalui pertempuran ini Anatolia tertaklukkan.
Ini juga menjadi titik tolak
perubahan peta politik dunia karena dengan kalahnya Bizantium Timur menjadi era
baru konfrontasi yang nyata yaitu dihembuskannya Perang Salib selama berabad-abad.
Pertempuran ini juga
memperlihatkan kepada kaum muslimin bagaimana etika dan akhlak kaum muslimin
setiap kali mereka melakukan penyebaran islam ke berbagai wilayah di dunia meskipun
dalam bentuk pertempuran dan peperangan.
Islam selalu dikaitkan dengan
penyebaran agama melalui pedang, padahal banyak catatan sejarah termasuk dalam
perang ini bagaimana kaum muslimin
memiliki etika dan akhlak dalam perang yang sangat indah.
Mari kita lihat bagaimana
pertempuran ini terjadi pada tahun 1071 m.
Mungkin kita pernah mendengar Sultan
Turki yang disebut dengan Tugrul Bey dan beberapa waktu yang lalu pemerintah Turki
merilis film tentang pembangunan Turki Usmani yang diawali oleh Tugrul Bey.
Peristiwa ini setelah meninggalnya Tugrul Bey bahwasanya Turki Usmani pada saat
itu dalam kondisi genting karena terjadi perebutan kekuasaan yang salah satunya
adalah Alp Arslan. Tokoh ini dikenal sebagai orang yang memiiki rasa tanggung
jawab terhadap islam dan kaum muslimin maka dia memiliki kepentingan untuk
membangkitkan islam yang saat itu terporak-porandakan.
Ada 4 kekuasan kaum muslimin saat itu :
- Sebelah timur ada Bani Abbasyiah yang dalam kondisi sedang jatuh-jatuhnya
- Sebelah barat ada imperium islam yang saat itu sedang maju-majunya yaitu Bani Fatimiyah yang mendirikan berbagai macam lembaga-lembaga pendidikan, menjadikan masjid-masjid sebagai pusat pengetahuan yang salah satunya yang masih bertahan adalah Universitas Al-Azhar dan salah satunya di Maroko. Tapi sebagai catatan Bani Fatimiyah ini berideologi syiah sehingga juga memunculkan konfilk diantara kaum muslimin.
- Sebalah utara adalah Imperium Syria
- Wilayah Eropa Turki Usamani
Empat imperium islam saat itu
sedang berada dalam kondisi yang tidak baik dan Alp Arslan melihati situasi yang
sedemikian rupa tergerak hatinya untuk menyelamatkan kondisi kaum muslimin yang
sedang terperosok.
Maka yang ia lakukan pertama kali
adalah bagaimana menyelesaikan entitas kaum muslimin di Wilayah Afrika. Karena
ia khawatir akan terjadi konflik-konflik internal yang akan dilakukan oleh
masyarakat yang memiliki keyakinan syiah ini.
Mungkin sebagai catatan bagi
masyarakat Turki adalah bahwa masyarakat yang berkeyakinan syiah ini selalu
menimbulkan konflik di negeri-negeri islam maka sebelum nanti kaum muslimin kerepotan
dengan konfilk dengan mereka maka Alp Arslan menyelesaikan pertama kali urusan
kaum muslimin di Wilayah Afrika.
Ketika berada di Wilayah Afrika,
Bizantium Timur memberikan kekaisaran kepada Diogenes. Melihat kondisi kaum
muslimin yang lemah pada saat itu, maka Bizantium Timur berupaya untuk
menyerang kaum muslimin pertama kali.
Sehingga tidak tanggung-tanggung
pasukan yang dibawa Bizantium Timur untuk menyerang kaum muslimin dalam jumlah
yang signifikan. Mukrimin Halil Yinanc menyebutkan tentara Romawi Bizantium yang
di bawa sekitar 200 ribu pasukan dan setiap pasukan membawa dua ekor kuda. Ini
yang membedakan dengan kaum muslimin. Secara fasilitas dan finansial kaum
muslimin sangat terbatas sumber dayanya.
Maka fokus tempat yang menjadi sasaran
pertama untuk diserang oleh Bizantium Timur adalah Turki karena mereka dalam
kondisi yang lemah. Mungkin ini menjadi pelajaran buat kita bahwa orang-orang
tidak akan menyerang ketika kita kuat mereka akan menyerang kita disaat kita
lemah dan kondisi lemah itu malah yang membuka pintu-pintu penaklukan wilayah
kaum muslimin di berbagai tempat dan berbagai lembaran sejarah dunia.
Maka melihat kondisi yang
sedemikian rupa ini Alp Arslan yang sedang berada di Afrika langsung memutar
arah dari Afrika dia ke Aleppo kemudian menuju satu tempat untuk membendung
jalannya 200 ribu pasukan Bizantium Timur.
Alp Arslan mengingatkan untuk mempercepat
langkah agar bisa menahan lajunya Bizantium Timur. Kalau bukan karena semangat
mempertahankan nilai-nilai dan mengeksiskan dakwah serta keimanan kepada Allah SWT
mungkin meraka akan berpikir ulang karena perjalanan dari Afrika ke Turki adalah
perjalanan yang panjang dan melelahkan. Sehingga orang-orang yang ikut terlibat
tidak banyak tapi mereka yang ikut dalam barisan Alp Arslan pasti adalah
orang-orang yang terpilih.
Berapa yang terpilih? Mukrimin
Halil Yinanc menyebutkan dalam jumlah sekitar 30 ribu sementara Syekh Ragib menyebutkan
berkisar sekitar 50 ribu. Kira-kira antara 30 ribu samapi 50 ribu pasukan. Kalau
kita bandingkan dengan 200 ribu tentu kelipatannya masih berlipat-berlipat dari
kemampuan Bizantium Timur yang secara kasat mata akan mudah untuk mengalahkan
kaum muslimin di Turki.
Namun pada saat itu Alp Arslan
membawa pasukannya yang terpilih ini. Dia meyakini setiap mereka yang ikut
serta dalam amal kebaikan, Allah yang menentukan dan pilihannya kepada mereka. Itu
merupakan bukti cintanya Allah SWT kepada orang yang beriman. Di mana Allah
akan mengikutsertakan mereka dalam proyek kebaikan. Maka 50 ribu ini mereka
siap dibawa oleh Alp Arslan untuk menjegal perjalanan Bizantium Timur dan itu kemudian
terjadi di Wilayah Manzikert.
Dari Bani Fatimiyah, Sasanid
sampai ke Manzikert perjalanannya sangat panjang dan ketika tiba Allah SWT
takdirkan tiba di hari kamis. Alp Arslan meminta dalam situasi yang sedemikian rupa
karena sudah mengetahui peta pertarungan yang bakal terjadi untuk mengajak
Bizantium Timur melakukan perjanjian damai
Pertama secara personil prajuit
tidak imbang, kedua amunisi yang dimiliki kaum muslimin jauh dengan amunisi yang
dimiliki Bizantium Timur dan yang ketiga perjalanan yang dialami kaum muslimin
dari Afrika sampai Eropa perjalanan yang melelahkan tentu ini meyita banyak energi.
Maka Alp Arslan meminta kepada Diogenes
untuk berdamai, nanti kita sepekati. Kalau memang kaum muslimin harus membayar
nanti kita bayar. Namun karena memang Diogenes ini ingin membuktikan kalau dia
ini level kaisar meski bukan dari darah biru maka ia tidak menerima ajakan
damai dari Alp Arslan
Kata Diogenes syarat damai adalah
kalau Sasanid kita kuasai secara utuh. Maksudnya wilayah yang ada di Irak yaitu
Baghdad terkuasai secara utuh baru kita akan damai itu artinya adalah kaum
muslimin menyerah secara total baru akan damai.
Dalam situasi ini maka tidak ada
pilihan. Maka ini artinya kaum muslimin akan bertempur habis-habisan. Maka
kemudian Alp Arslan ini menjumpai gurunya. Guru Alp Arslan bernama Abu Nashr
Muhammad bin Abdul Malik al Bukhari yang bermazhab Hanafi. Dia dari Bukhara
satu wilayah dengan Imam Bukhari.
Tradisi para pemimpin-pemimpin
terdahulu mereka memiliki guru spiritual untuk memberikan kekuatan pegangan
kalau pada saat-saat tertentu bimbang dan harus menentukan kebijakan apa yg
harus mereka ambil.
Maka di sampaikan kondisi yang pelik
ini. Gurunya mengatakan “Antum ini di jalan Allah, antum berjalan dari Afrika
sampai ke Eropa adalah perjalanan di jalan Allah kalau perjalanan di jalan
Allah SWT jangan berbalik ke belakang hadapi apapun yang terjadi di depan
sekalipun itu resiko yang sangat berat yakinlah perjalanan yang kau tempuh
bersama dengan Allah SWT”.
Tidak sampai disitu, dilanjutkan
nasehatnya, “Kalau engkau akan berhadapan dengan mereka momentum yang paling
bagus adalah ketika shalat jumat dan shalat jumat momentum ketika kaum muslimin
di seluruh dunia berdoa untuk wibawa dan kejayaaan kaum muslimin maka setelah
selesai shalat jumat langsung serang mereka”.
Inilah yang dinasehati gurunya kepada
Alp Arslan. Maka kemudian Alp Arslan dia membuka percakapannya kepada seluruh prajurit
langsung dia sampaikan, “Hari ini tidak ada sultan, hari ini tidak ada kaisar
hari ini tidak ada khalifah, hari ini tidak ada pemimpin. Kita semua adalah
prajurit Allah SWT untuk menegakkan dakwah. Siapapun yang mau ikut berhadapan
dengan Bizantium Timur berdiri di belakang ku. Siapa yang tidak bersedia silahkan
pergi dari tempat ini. Tidak ada yang dipaksa karena hari ini tidak ada sultan
dan pemimpin. Semua adalah prajurit Allah SWT.
Kalimat itu membuar prajurit kaum
muslimin gemetar karena tidak ada pilihan lain bagi prajurit muslim selain ikut
serta dalam barisan kebaikan. Akhirnya mereka berdiri di barisan belakang Alp
Arslan.
Kemudian Alp Arslan menyiapkan
diri untuk menyiapkan shalat jumat berjamaah dia mengenakan gamisnya yang
berwarna putih lalu dia sampaikan, “Baju gamisku yang berwarna putih ini akan
menjadi kafan, kalau pertempuran yang nanti akan kita lakukan adalah
pertempuran yang memenangkan islam kita akan dikenang sebagai orang-orang yang
terhormat yang memberikan kontribusi pembelaan terhadap islam kalau saja dalam
pertempuran nanti membuat kita semuanya syuhada berbahagialah karena Allah
menanti kita di surga-Nya. Gamis putih adalah kain kafanku”.
Tidak ada yang dilakukan prajurit
muslim saat itu selain menangis karena membayangkan dua hal menjadi pembela
kehormatan kaum muslimin atau sebagai syuhada yang akan dihormati oleh Allah
langsung mendapatkan surga-Nya.
Maka kemudian kaum muslimin setelah
selesai shalat jumat langsung menyerang pasukan Bizantium Timur. Tidak ada pikiran
kaum muslimin selain dua hal itu sehingga mereka masuk ke tengah-tengah pasukan
Bizantium Timur lalu menggunakan taktik yang biasa dilakukan oleh Turki Usamani
yaitu menyerang kemudian balik ke belakang. Nanti setelah balik ke belakang
mereka himpun dalam konfigurasi bulan sabit.
Mengapa bulan sabit karena itu
bentuk strategi mereka ketika berperang. Sehingga ketika mereka menyerang untuk
kedua kalinya membuat orang-orang tidak ada yang tahu di mana kekuatan pasukan Turki
apakah di ujung bulan sebelah kanan atau sebelah kiri atau berada ditengah-tengah
konfigurasi bulan sabit itu.
Maka dilakukan penyerangan dengan
konfiguri bulan sabit ini. Ternyata akhirnya orang-orang tahu kalau Diogenes
ternyata levelnya bukan seorang kaisar dan ia tertangkap dan menajdi tawanan
perang. Ketika kaisar ini menjadi tawanan perang Alp Arslan menanyakan kepadanya,
“Sekarang engkau yang menjadi tawanan perang bagaiamana kalau aku yang menjadi
tawanan perang seperti dirimu?
Kata Diogenes kalau saja engkau menjadi
tawanan Bangsa Romawi Byzantium Timur engkau akan kami seret di Konstatinopel
dan kami akan arak keliling kota untuk menunjukkan bahwa pemimpin kaum muslimin
menjadi tawanan perang. Itu yang diungkapkan ketika Diogenes menjadi tawanan
perang yang masih menyimpan kedengkian terhadap kaum muslimin.
Kata Alp Arslan, “tahukah engkau
apa yang aku lakukan terhadap dirimu? Aku tidak akan melakukan seperti yang
engkau katakan. “Mungkin engkau akan meminta tebusan yang banyak agar aku
dibebeskan”. Kata Alp Arslan, “Aku juga tidak akan aku lakukan itu”.
“Lalu apa yang akan engkau
lakukan”. Kata Alp Arslan ,”Aku akan memaafkanmu dan membebaskan dirimu”. Ini
yang membuat Diogenes tidak bisa berkata-kata karena apa yang ia pikirkan sangat
kontradiktif dengan perlakuan yang ia terima dari Alp Arslan.
Maka kemudian dibebaskanlah Diogenes
ini. Diperintahkan untuk pulang dan dikawal dalam perjalanan pulang. Adapun
ribuan orang yang menjadi tawanan perang ini kemudian dikalkulasikan. Kalkulasi
dari ribuan orang yang menjadi tawanan ini dengan hitungan berapa dinar dan berapa
ribu perak. Maka semua akhirnya mendapat hitungannya tersebut dan ini sesuatu
yang akhirnya disepakati.
Ketika kemenangan kaum muslimin
di Manzikert ini, informasinya tersebar sampai ke negeri-negeri yang jauh.
Dikatakan tidak ada negeri dimana kaum muslimin ada disitu kecuali mereka
memperingati kemenangan Manzikert dengan cara membuat gapura-gapura yang
memberikan kedatangan dan kehormatan kaum muslimin karena mereka merasa setiap
negeri-Negeri islam ikut bergabung dalam penaklukan Manzikert.
Yang pada waktu itu Empat
Imperium Muslim, Baghdad, Syrira, Fatimiyah dan Turki bersorak-sorak dan
melupakan konflik diantara mereka.
Diogenes dibebaskan 1 tahun
berikutnya. Pada bulan juni 1072 dia dikudeta. Kaisar ini dianggap tidak bisa
mengangkat kehormatan Romawi Timur akhirnya dibutakan. Setelah itu ia diinjeksi
serum yang semakin membuat parah penyakitnya. Sehingga kemudian beberapa bulan
setelah itu meninggallah Diogenes. Berganti Kekaisaran Romawi Timur dan berganti
di tangan Mikhael VII Doukas.
Dialah yang kemudian mengumumkan
bahwa perang Manzikert menjadi perang titik tolak Romawi Suci Eropa dengan
Islam Timur dan sejak saat itu dibangkitkan semangat perang salib terhadap kaum
muslimin.
Adapun Alp Arslan 11 bulan
kemudian setelah penaklukkan Manzikert ketika dia memimpin shalat dia ditikam
dan meninggal beberapa hari kemudian dan dia ganti oleh anakmya Maliksyah.
Memang nuansa-nuansa kepemimpinan
dimasa lalu yang pada masa-masa tertentu protokoler pemimpin ini sering tidak
terapikan dengan baik sehingga ada peluang-peluang bagi orang-orang yang tidak
menyukai pemimpin bisa merengsek masuk dan
membunuh pemimpin kaum muslimin seperti yang juga terjadi pada masa Umar Bin Khattab
Karena itu kita memang menyadari pentingnya menjaga protokoler dalam menjaga
tokoh-tokoh dan pemimpin islam.
Inilan beberapa pengaruh yang
sangat luar biasa dari Pertempuran Manzikert. Beberapa catatan tentang akhaq
dan etika kaum muslimin ketika berperang adalah tercermin dalam Pertempuran
Manzikert yang mengajak damai dan juga membebasakan tawanan dan memeberikan
kelapangan.
0 komentar:
Posting Komentar