Minggu, 06 November 2022

Ustadz DH Al Yusni - Pertempuran Manzikert Peristiwa Yang Mengubah Dunia Islam

Pembukaan

Pertempuran Manzikert ini senantiasa dirayakan oleh Bangsa Turki di bulan Agustus. Mereka mengenang kembali pertempuran yang merubah peta dunia islam dan mengubah sosial politik yang terjadi di wilayah Imperium Byzantium dan  Turki, Bahkan dibuatkan satu monument untuk mengenang kembali 1000 tahun yang lalu bagaimana kaum muslimin mengukir kemenangan emas di Manzikert.

Manzikert dalam Negara Turki sekarang yaitu satu kota propinsi yang berada di wilayah Mus, yaitu Turki Timur mereka menyebutnya sebagai Malazgirt. Di wilayah ini untuk mengenang pertempuran Manzikert mereka membangun masjid yang diberi nama Masjid Agung Mus.

Pertempuran Manzikert yang terjadi 1000 tahun yang lalu ini senantiasa selalu diingatkan kepada masyarakat Turki agar menjadi titik tolak perubahan kaum muslimin hari ini sebagaimana yang terjadi 1000 tahun yang lalu.

Sejarawan Turki yang bernama Profesor Mukrimin Halil Yinanc, dia mendudukan Pertempuran Manzikert ini sama seperti Perang Yarmuk dan Perang Qadisiyah. Tentu kita tahu bahwa dua pertempuran itu adalah pertempuran yg sangat penting dan siginifikan yang terjadi pada masa Umar Bin Khattab.

Pertempuran Yarmuk di mana kekuasaan Romawi di wilayah jazirah terselesaikan dan kaum muslimin memperoleh kemenangan yg dipimpin oleh Abu Ubaidah Ibnu Jarrah dan kunci Syam diberikan langsung kepada Umar sebagai bentuk penghormatan bagaimana Romawi terselesaikan imperiumnya di Syira.

Perang Qadisiyah menjadi tanda berakhirnya Imperium Persia yang juga terjadi pada masa Umar berselang beberapa tahun setelah Perang Yarmuk yang pada waktu itu pasukan kaum muslimin dipimpin oleh Saad Ibn Waqqash. Saad melakukan ekspansi menggunakan semua komponen kaum muslimin dan melakukan inovasi-inovasi yang sangat luar biasa untuk menaklukkan Negeri Persia.

Mukrimin Halil Yinanc dia menyamakan Pertempuran Manzikert sama dengan Pertempuran Yarmuk dan Qadisiyah artinya pertempuran ini juga menyelesaikan  sebuah imperium besar. Ini momentum untuk menekuk kesombongan romawi yang pada waktu itu dipimpin oleh Romanus IV yang bernama Diogenes.

Mengapa? Karena Diogenes ini bukan berdarah biru sebagai seorang Kaisar Romawi. Hanya karena dia menikah dengan wanita yang memiliki darah biru kerajaan lalu kemudian dia menyampaikan ke masyarakatnya bahwa levelnya adalah level kaisar sehingga kemudian ia dinobatkan menjadi seorang kaisar. Niat utamanya adalah untuk memperbesar Imperium Bizantium Timur.

Maka dia melihat situasi kaum muslimin yang pada waktu itu masih berkonsentrasi untuk menyelesaikan konflik di wilayah Afrika. Maka dia ingin meyerang kaum muslimin untuk membuktikan bahwa dia memang berlevel seorang kaisar meskipun dia bukan berdarah biru . Sehinga pertempuran ini dihembuskan sebagai pertempuran Romawi Suci Eropa.

Pertempuran Manzikert ini mengubah peta pertarungan politik dunia khususnya Romawi dan Turki. Pertempuran ini dianggap sebagai peristiwa yang mengubah dunia karena dengan peristiwa ini Kaisar Bizantium Diogenes ternyata tidak bisa membuktikan dirinya sebagai Kaisar Romawi sehingga menjadi salah satu penyebab kehancuran Bizantium yang saat ini di wilayah Istanbul dan mengubah peta wilayah masyarakat Turki.

Karena sejak peristiwa ini masyarakat Turki bisa berbondong-bondong masuk ke Bizantium melalui satu tempat yang sangat bersejarah yaitu Anatolia dan tempat itu menjadi pintu masuk bagi Bangsa Turki ke Bizantium.

Kalau kita membaca sejarah Romawi dan Yunani mereka selalu membanggakan Anatolia karena di tempat itu telah terukir sejarah-sejarah kehebatan mereka baik dari segi science, budaya dan peradaban. Tapi melalui pertempuran ini Anatolia tertaklukkan.

Ini juga menjadi titik tolak perubahan peta politik dunia karena dengan kalahnya Bizantium Timur menjadi era baru konfrontasi yang nyata yaitu dihembuskannya Perang Salib selama berabad-abad.

Pertempuran ini juga memperlihatkan kepada kaum muslimin bagaimana etika dan akhlak kaum muslimin setiap kali mereka melakukan penyebaran islam ke berbagai wilayah di dunia meskipun dalam bentuk pertempuran dan peperangan.

Islam selalu dikaitkan dengan penyebaran agama melalui pedang, padahal banyak catatan sejarah termasuk dalam perang ini bagaimana  kaum muslimin memiliki etika dan akhlak dalam perang yang sangat indah.

Mari kita lihat bagaimana pertempuran ini terjadi pada tahun 1071 m.

Mungkin kita pernah mendengar Sultan Turki yang disebut dengan Tugrul Bey dan beberapa waktu yang lalu pemerintah Turki merilis film tentang pembangunan Turki Usmani yang diawali oleh Tugrul Bey. Peristiwa ini setelah meninggalnya Tugrul Bey bahwasanya Turki Usmani pada saat itu dalam kondisi genting karena terjadi perebutan kekuasaan yang salah satunya adalah Alp Arslan. Tokoh ini dikenal sebagai orang yang memiiki rasa tanggung jawab terhadap islam dan kaum muslimin maka dia memiliki kepentingan untuk membangkitkan islam yang saat itu terporak-porandakan.

Ada 4 kekuasan kaum muslimin saat itu :

  • Sebelah timur ada Bani Abbasyiah yang dalam kondisi sedang jatuh-jatuhnya
  • Sebelah barat ada imperium islam yang saat itu sedang maju-majunya yaitu Bani Fatimiyah yang mendirikan berbagai macam lembaga-lembaga pendidikan, menjadikan masjid-masjid sebagai pusat pengetahuan yang salah satunya yang masih bertahan adalah Universitas Al-Azhar dan salah satunya di Maroko. Tapi sebagai catatan Bani Fatimiyah ini berideologi syiah sehingga juga memunculkan konfilk diantara kaum muslimin.
  • Sebalah utara adalah Imperium Syria
  • Wilayah Eropa Turki Usamani

Empat imperium islam saat itu sedang berada dalam kondisi yang tidak baik dan Alp Arslan melihati situasi yang sedemikian rupa tergerak hatinya untuk menyelamatkan kondisi kaum muslimin yang sedang terperosok.

Maka yang ia lakukan pertama kali adalah bagaimana menyelesaikan entitas kaum muslimin di Wilayah Afrika. Karena ia khawatir akan terjadi konflik-konflik internal yang akan dilakukan oleh masyarakat yang memiliki keyakinan syiah ini.

Mungkin sebagai catatan bagi masyarakat Turki adalah bahwa masyarakat yang berkeyakinan syiah ini selalu menimbulkan konflik di negeri-negeri islam maka sebelum nanti kaum muslimin kerepotan dengan konfilk dengan mereka maka Alp Arslan menyelesaikan pertama kali urusan kaum muslimin di Wilayah Afrika.

Ketika berada di Wilayah Afrika, Bizantium Timur memberikan kekaisaran kepada Diogenes. Melihat kondisi kaum muslimin yang lemah pada saat itu, maka Bizantium Timur berupaya untuk menyerang kaum muslimin pertama kali.

Sehingga tidak tanggung-tanggung pasukan yang dibawa Bizantium Timur untuk menyerang kaum muslimin dalam jumlah yang signifikan. Mukrimin Halil Yinanc menyebutkan tentara Romawi Bizantium yang di bawa sekitar 200 ribu pasukan dan setiap pasukan membawa dua ekor kuda. Ini yang membedakan dengan kaum muslimin. Secara fasilitas dan finansial kaum muslimin sangat terbatas sumber dayanya.

Maka fokus tempat yang menjadi sasaran pertama untuk diserang oleh Bizantium Timur adalah Turki karena mereka dalam kondisi yang lemah. Mungkin ini menjadi pelajaran buat kita bahwa orang-orang tidak akan menyerang ketika kita kuat mereka akan menyerang kita disaat kita lemah dan kondisi lemah itu malah yang membuka pintu-pintu penaklukan wilayah kaum muslimin di berbagai tempat dan berbagai lembaran sejarah dunia.

Maka melihat kondisi yang sedemikian rupa ini Alp Arslan yang sedang berada di Afrika langsung memutar arah dari Afrika dia ke Aleppo kemudian menuju satu tempat untuk membendung jalannya 200 ribu pasukan Bizantium Timur.

Alp Arslan mengingatkan untuk mempercepat langkah agar bisa menahan lajunya Bizantium Timur. Kalau bukan karena semangat mempertahankan nilai-nilai dan mengeksiskan dakwah serta keimanan kepada Allah SWT mungkin meraka akan berpikir ulang karena perjalanan dari Afrika ke Turki adalah perjalanan yang panjang dan melelahkan. Sehingga orang-orang yang ikut terlibat tidak banyak tapi mereka yang ikut dalam barisan Alp Arslan pasti adalah orang-orang yang terpilih.

Berapa yang terpilih? Mukrimin Halil Yinanc menyebutkan dalam jumlah sekitar 30 ribu sementara Syekh Ragib menyebutkan berkisar sekitar 50 ribu. Kira-kira antara 30 ribu samapi 50 ribu pasukan. Kalau kita bandingkan dengan 200 ribu tentu kelipatannya masih berlipat-berlipat dari kemampuan Bizantium Timur yang secara kasat mata akan mudah untuk mengalahkan kaum muslimin di Turki.

Namun pada saat itu Alp Arslan membawa pasukannya yang terpilih ini. Dia meyakini setiap mereka yang ikut serta dalam amal kebaikan, Allah yang menentukan dan pilihannya kepada mereka. Itu merupakan bukti cintanya Allah SWT kepada orang yang beriman. Di mana Allah akan mengikutsertakan mereka dalam proyek kebaikan. Maka 50 ribu ini mereka siap dibawa oleh Alp Arslan untuk menjegal perjalanan Bizantium Timur dan itu kemudian terjadi di Wilayah Manzikert.

Dari Bani Fatimiyah, Sasanid sampai ke Manzikert perjalanannya sangat panjang dan ketika tiba Allah SWT takdirkan tiba di hari kamis. Alp Arslan meminta dalam situasi yang sedemikian rupa karena sudah mengetahui peta pertarungan yang bakal terjadi untuk mengajak Bizantium Timur melakukan perjanjian damai

Pertama secara personil prajuit tidak imbang, kedua amunisi yang dimiliki kaum muslimin jauh dengan amunisi yang dimiliki Bizantium Timur dan yang ketiga perjalanan yang dialami kaum muslimin dari Afrika sampai Eropa perjalanan yang melelahkan tentu ini meyita banyak energi.

Maka Alp Arslan meminta kepada Diogenes untuk berdamai, nanti kita sepekati. Kalau memang kaum muslimin harus membayar nanti kita bayar. Namun karena memang Diogenes ini ingin membuktikan kalau dia ini level kaisar meski bukan dari darah biru maka ia tidak menerima ajakan damai dari Alp Arslan

Kata Diogenes syarat damai adalah kalau Sasanid kita kuasai secara utuh. Maksudnya wilayah yang ada di Irak yaitu Baghdad terkuasai secara utuh baru kita akan damai itu artinya adalah kaum muslimin menyerah secara total baru akan damai.

Dalam situasi ini maka tidak ada pilihan. Maka ini artinya kaum muslimin akan bertempur habis-habisan. Maka kemudian Alp Arslan ini menjumpai gurunya. Guru Alp Arslan bernama Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik al Bukhari yang bermazhab Hanafi. Dia dari Bukhara satu wilayah dengan Imam Bukhari.

Tradisi para pemimpin-pemimpin terdahulu mereka memiliki guru spiritual untuk memberikan kekuatan pegangan kalau pada saat-saat tertentu bimbang dan harus menentukan kebijakan apa yg harus mereka ambil.

Maka di sampaikan kondisi yang pelik ini. Gurunya mengatakan “Antum ini di jalan Allah, antum berjalan dari Afrika sampai ke Eropa adalah perjalanan di jalan Allah kalau perjalanan di jalan Allah SWT jangan berbalik ke belakang hadapi apapun yang terjadi di depan sekalipun itu resiko yang sangat berat yakinlah perjalanan yang kau tempuh bersama dengan Allah SWT”.

Tidak sampai disitu, dilanjutkan nasehatnya, “Kalau engkau akan berhadapan dengan mereka momentum yang paling bagus adalah ketika shalat jumat dan shalat jumat momentum ketika kaum muslimin di seluruh dunia berdoa untuk wibawa dan kejayaaan kaum muslimin maka setelah selesai shalat jumat langsung serang mereka”.

Inilah yang dinasehati gurunya kepada Alp Arslan. Maka kemudian Alp Arslan dia membuka percakapannya kepada seluruh prajurit langsung dia sampaikan, “Hari ini tidak ada sultan, hari ini tidak ada kaisar hari ini tidak ada khalifah, hari ini tidak ada pemimpin. Kita semua adalah prajurit Allah SWT untuk menegakkan dakwah. Siapapun yang mau ikut berhadapan dengan Bizantium Timur berdiri di belakang ku. Siapa yang tidak bersedia silahkan pergi dari tempat ini. Tidak ada yang dipaksa karena hari ini tidak ada sultan dan pemimpin. Semua adalah prajurit Allah SWT.

Kalimat itu membuar prajurit kaum muslimin gemetar karena tidak ada pilihan lain bagi prajurit muslim selain ikut serta dalam barisan kebaikan. Akhirnya mereka berdiri di barisan belakang Alp Arslan.

Kemudian Alp Arslan menyiapkan diri untuk menyiapkan shalat jumat berjamaah dia mengenakan gamisnya yang berwarna putih lalu dia sampaikan, “Baju gamisku yang berwarna putih ini akan menjadi kafan, kalau pertempuran yang nanti akan kita lakukan adalah pertempuran yang memenangkan islam kita akan dikenang sebagai orang-orang yang terhormat yang memberikan kontribusi pembelaan terhadap islam kalau saja dalam pertempuran nanti membuat kita semuanya syuhada berbahagialah karena Allah menanti kita di surga-Nya. Gamis putih adalah kain kafanku”.

Tidak ada yang dilakukan prajurit muslim saat itu selain menangis karena membayangkan dua hal menjadi pembela kehormatan kaum muslimin atau sebagai syuhada yang akan dihormati oleh Allah langsung mendapatkan surga-Nya.

Maka kemudian kaum muslimin setelah selesai shalat jumat langsung menyerang pasukan Bizantium Timur. Tidak ada pikiran kaum muslimin selain dua hal itu sehingga mereka masuk ke tengah-tengah pasukan Bizantium Timur lalu menggunakan taktik yang biasa dilakukan oleh Turki Usamani yaitu menyerang kemudian balik ke belakang. Nanti setelah balik ke belakang mereka himpun dalam konfigurasi bulan sabit.

Mengapa bulan sabit karena itu bentuk strategi mereka ketika berperang. Sehingga ketika mereka menyerang untuk kedua kalinya membuat orang-orang tidak ada yang tahu di mana kekuatan pasukan Turki apakah di ujung bulan sebelah kanan atau sebelah kiri atau berada ditengah-tengah konfigurasi bulan sabit itu.

Maka dilakukan penyerangan dengan konfiguri bulan sabit ini. Ternyata akhirnya orang-orang tahu kalau Diogenes ternyata levelnya bukan seorang kaisar dan ia tertangkap dan menajdi tawanan perang. Ketika kaisar ini menjadi tawanan perang Alp Arslan menanyakan kepadanya, “Sekarang engkau yang menjadi tawanan perang bagaiamana kalau aku yang menjadi tawanan perang seperti dirimu?

Kata Diogenes kalau saja engkau menjadi tawanan Bangsa Romawi Byzantium Timur engkau akan kami seret di Konstatinopel dan kami akan arak keliling kota untuk menunjukkan bahwa pemimpin kaum muslimin menjadi tawanan perang. Itu yang diungkapkan ketika Diogenes menjadi tawanan perang yang masih menyimpan kedengkian terhadap kaum muslimin.

Kata Alp Arslan, “tahukah engkau apa yang aku lakukan terhadap dirimu? Aku tidak akan melakukan seperti yang engkau katakan. “Mungkin engkau akan meminta tebusan yang banyak agar aku dibebeskan”. Kata Alp Arslan, “Aku juga tidak akan aku lakukan itu”.

“Lalu apa yang akan engkau lakukan”. Kata Alp Arslan ,”Aku akan memaafkanmu dan membebaskan dirimu”. Ini yang membuat Diogenes tidak bisa berkata-kata karena apa yang ia pikirkan sangat kontradiktif dengan perlakuan yang ia terima dari Alp Arslan.

Maka kemudian dibebaskanlah Diogenes ini. Diperintahkan untuk pulang dan dikawal dalam perjalanan pulang. Adapun ribuan orang yang menjadi tawanan perang ini kemudian dikalkulasikan. Kalkulasi dari ribuan orang yang menjadi tawanan ini dengan hitungan berapa dinar dan berapa ribu perak. Maka semua akhirnya mendapat hitungannya tersebut dan ini sesuatu yang akhirnya disepakati.

Ketika kemenangan kaum muslimin di Manzikert ini, informasinya tersebar sampai ke negeri-negeri yang jauh. Dikatakan tidak ada negeri dimana kaum muslimin ada disitu kecuali mereka memperingati kemenangan Manzikert dengan cara membuat gapura-gapura yang memberikan kedatangan dan kehormatan kaum muslimin karena mereka merasa setiap negeri-Negeri islam ikut bergabung dalam penaklukan Manzikert.

Yang pada waktu itu Empat Imperium Muslim, Baghdad, Syrira, Fatimiyah dan Turki bersorak-sorak dan melupakan konflik diantara mereka.

Diogenes dibebaskan 1 tahun berikutnya. Pada bulan juni 1072 dia dikudeta. Kaisar ini dianggap tidak bisa mengangkat kehormatan Romawi Timur akhirnya dibutakan. Setelah itu ia diinjeksi serum yang semakin membuat parah penyakitnya. Sehingga kemudian beberapa bulan setelah itu meninggallah Diogenes. Berganti Kekaisaran Romawi Timur dan berganti di tangan Mikhael VII Doukas.

Dialah yang kemudian mengumumkan bahwa perang Manzikert menjadi perang titik tolak Romawi Suci Eropa dengan Islam Timur dan sejak saat itu dibangkitkan semangat perang salib terhadap kaum muslimin.

Adapun Alp Arslan 11 bulan kemudian setelah penaklukkan Manzikert ketika dia memimpin shalat dia ditikam dan meninggal beberapa hari kemudian dan dia ganti oleh anakmya Maliksyah.

Memang nuansa-nuansa kepemimpinan dimasa lalu yang pada masa-masa tertentu protokoler pemimpin ini sering tidak terapikan dengan baik sehingga ada peluang-peluang bagi orang-orang yang tidak menyukai pemimpin bisa merengsek  masuk dan membunuh pemimpin kaum muslimin seperti yang juga terjadi pada masa Umar Bin Khattab Karena itu kita memang menyadari pentingnya menjaga protokoler dalam menjaga tokoh-tokoh dan pemimpin islam.

Inilan beberapa pengaruh yang sangat luar biasa dari Pertempuran Manzikert. Beberapa catatan tentang akhaq dan etika kaum muslimin ketika berperang adalah tercermin dalam Pertempuran Manzikert yang mengajak damai dan juga membebasakan tawanan dan memeberikan kelapangan.

0 komentar:

Posting Komentar