Hanya Ilustrasi Perang |
Muqaddimah
Khalid bin Walid adalah putra
dari orang terkaya di Makkah saat itu. Orang yang diabadikan Allah dalam
Alquran dalam Surat Al-Mudatsir. Wahai Muhammad “Biarkan aku bertindak
terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendiri”. (QS.74: 11).
Wahai Muhammad sudah jangan terlalu
pusing menghadapi Walid bin Mughirah. “Aku
sudah memberikan harta yang berlimpah kepadanya”. Saking kayanya Walid bin
Mughirah kiswah Ka’bah diganti setiap tahun dan anaknya yang sangat banyak menjadi
saksi bagi kedua orangtuanya. “Dan Kami
berikan urusan pengaruh yang sangat luar biasa”. Kemudian ditengah keberlimpahan
yang luar biasa tetap Walid bin Mughirah tetap tamak dan ingin berlebih lagi. Kata
Allah “Tidak, karena dia bersikap keras
kepala terhadap tanda-tanda kami”.
Ada ayat yang berbunyi “Wabtaghi fiimaa aataakallaahud daaral
aakhirata walaa tansa nashiibaka minad dun-yaa.” Ayat ini berada di mana? Ayat
ini terselip dalam kisah Qarun yaitu dalam Surat
Al-Qashash. Persis di ayat sebelumnya Allah SWT
menceritakan tentang kisah Qarun.
Sungguh Qarun itu dulu adalah
kaummnya Nabi Musa. Ia seorang yang sholeh, taat, miskin dan kemudian ia berbisnis
sehingga menjadi kaya raya. Setelah kaya raya Qarun malah bersikap tidak baik kepada
kaumnya Nabi Musa. Kenapa, karena Allah telah memberikan kepada Qarun harta
yang berlimpah.
Kemudian kaumnya datang dan menasehati
Qarun bahwasanya jangan terlalu bangga dengan harta yang dititipkan Allah
karena itu hanyalah barang titipan.
Imam Ahmad ditanya, “Wahai imam
bisakah orang yang memiliki seribu-ribu dirham disebut zuhud? “Bisa”, jawab
Imam Ahmad. Bagaimana bisa. “Kalau bertambah yang di tangan tidak mengurangi
perasaan dan jika berkurang juga tidak mengubah perasaan”.
Baru setelah itu ada ayat “Wabtaghi
dst” jadi itu adalah nasehat kepada Qarun. Agar mencari akhirat dari yang Allah
titipkan kepadanya tapi jangan lupakan dunia. Jangan dibalik. Seolah-olah Allah
ingin mengatakan kepada kita semua, mau kaya raya seperti Qarun silahkan tapi
gunakan yang Allah titipkan untuk Akhirat.
Nah Walid bin Mughirah adalah Qarunnya
zaman Rasulullah dan dia juga yang menjadi aktor dibalik stigma atau label tukang
sihir ke Rasulullah. Semua orang datang kepada Walid. “Walid sebentar lagi
musim haji akan datang. Kita harus sepakati Muhammad harus kita labeli apa agar
tidak ada omongan yang berbeda diantara kita karena kalau tidak orang-orang
tidak akan percaya dengan yang kita katakana”. Maka Walid mengatakan, “Sudah
kita sebut saja Muhammad adalah tukang sihir”.
Khalid punya kakak kandung yang
namanya sama dengan bapaknya yaitu Walid. Walid bin Mughirah banyak diantaranya
yaitu Walid dan Khalid. Walid masuk islam terlebih dahulu dan Khalid baru masuk
islam belakangan.
Latar belakang masuk islamnya Khalid
Saat Rasulullah memimpin Perang
Uhud, Khalid melihat bahwa strateginya Muhammad luar biasa. Kita tahu bahwa Khalid
dengan 200 pasukan kudanya tidak bisa bergerak karena Rasulullah menempatkan 50
pasukan pemanahnya di bukit. Khalid berpikir, ini intinya ada di pasukan panah.
Maka Rasulullah berpesan kepada pasukan pemananhnya apapun yang terjadi biar
menang ataupun kalah jangan turun. Sebelum ada perintah. Khalid pun sama, tidak
akan bisa menyerang Muhammad dari depan atau belakang kecuali pasukan pemanahnya
tidak ada.
Khalid ahli militer bertemu
dengan Rasulullah yang sholih dan juga ahli perang tentu meninggalkan kesan
yang baik bagi Khalid. Begitu pun ketika Perjanjian Hudaibiyah.
Kedua saat Perjanjian Hudaibiyah.
Rasulullah ingin umrah dengan 1400 orang sahabatnya. Kemudian Khalid dengan 200
pasukan berkudanya ingin mencegat Rasulullah agar tidak bisa masuk ke Kota Makkah
untuk umrah. Mengetahui hal ini kemudian Rasulullah bermusyawah dan bertanya
kepada para sahabatnya ada yang tahu jalan yang bisa menghindari Khalid? Kata salah
seorang sahabat Nabi, “Saya tahu jalannya tapi jalannya muter dan jelek”. Kata Rasulullah,
“Kita muter”.
Kemudian Rasulullah bergerak
bersama 1400 sahabatnya dan saat Rasulullah dalam perjalanan Rasulullah bertemu
seekor anjing yang sedang melahirkan. Kata Rasulullah “Ubah arah tujuan”. Para
sahabat bertanya kenapa. Kata Rasulullah “Ada seekor anjing yang sedang
melahirkan”. Mengapa? kata para sahabat. “Karena kita tidak ingin menakut-nakutinya”.
Kemudian Rasulullah berputar lebih jauh hingga tiba di Perkampungan Hudaibiyah.
Khalid akhirnya sadar mengapa
Muhammad tidak kunjung datang. Khalid ahli militer dan pasti intelijennya luar
biasa. Tapi Nabi bisa menghindari Khalid hingga bisa tiba di Hudaibiyah.
Dua hal ini yang membuat Khalid
berpikir jika Nabi bukan orang yang biasa. Khalid kemudian mengejar Nabi ke Hudabiyah.
Sesampainya di sana Khalid meperhatikan apa yang kaum muslimin sedang lakukan.
Dan ketika itu sahabat sedang melaksanakan shalat dhuhur. Kata Khalid kita akan
serang saat mereka shalat ashar. Ketika ashar, Rasulullah melihat Khalid dari
jauh dan ketika itulah turun syariat ibadah tentang shalat khauf. Jadi gabungan
antara ibadah dan militer. Khalid yang tadi mau menyerang sahabat mengurungkan
niatnya.
Inilah Rasulullah sosok yang
sangat bisa menarik simpati dari kawan bahkan lawan sekalaipun. Sama seperti
kisah masuk islamnya Rukanah yang diajak Rasulullah untuk masuk islam tapi ia
berkata, “Boleh asalkan engkau bergulat dulu dengan saya”. Kemudian Rasulullah pun
bergulat dengan Rukanah hingga Nabi dapat mengalahkannya meski Rukanah meminta
tanding ulang tetap ia dikalahkan Rasulullah hingga akhirnya masuk islam.
Pun begitu dengan kisah Umar bin
Khattab. Singkatnya ketika Umar datang ke rumah Arqam dan dihadang oleh Hamzah,
Rasulullah memanggil Umar. “Sini wahai Umar”. Mengapa Rasulullah bisa tenang
karena sebelumnya Rasulullah berdoa agar islam dikuatkan dengan salah satu
diantara dua Umar.
Dan di mata Umar juga terlihat
hidayah yang masuk. Kemudian Umar mendekat dan Rasulullah memegang kerah Umar dan
tidak biasanya Rasulullah seperti ini. Kerahnya di pegang dan digoyang-goyang. “Bukankah
sudah datang waktunya engkau masuk islam wahai putranya Khattab”.
Ke Abu Bakar dan Utsman Rasulullah
tidak pernah seperti ini. Mengapa? Karena Umar memiliki personality yang kuat.
Dan tahun berikutnya setelah Perjanjian
Hudaibiyah, Rasulullah melakukan umrah Qada dan saat itu Walid kakaknya menulis
surat kepada Khalid yang berisi bahwa, “Khalid, Rasulullah bertanya tentang
engkau kepda saya, dimana Khalid?
Khalid menerima surat dari
kakaknya dan berpikir ternyata Rasulullah perhatian kepadanya. Akhirnya tahun
ke 7 H menjelang tahun 8 H, Khalid hendak ke Madinah. Di tengah perjalanan ia bertemu
dengan Utsman bin Thalhah dan ternyata meraka punya maksud dan tujuan yang sama
mengapa hendak ke Makkah. Kemudian mereka bertemu lagi dengan Amr bin Ash.
Ketika mereka bertanya kepada Amr bin Ash, ternyata mereka bertiga memiliki
maksud dan tujuan yang sama.
Ketika Rasulullah mengetahui
kabar tersebut, Rasulullah berkata Allahu Akbar. “Makkah telah melemparkan
panah-panah terbaiknya” dan akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam agama islam
dan bersyahadat di hadapan Rasulullah.
Penyebab Terjadinya Perang Mu’tah
Tahun
7 jelang tahun 8, tahun 7 ini adalah tahun di mana ekspansi dakwah Nabi bukan
lagi level jazirah tapi sudah level internasional. Nabi mencari sahabat2 yang
pintar berbahasa yg memiliki linguistik yang bagus dan salah satu sahabat yang
dipilih Nabi adalah Zaid bin Zabit untuk belajar bahasa-bahada di negeri2
sekitar Arab.
Zaid
diminta nabi untuk belajar bahasa ibrani. Belum satu bulan Zaid sudah kembali
ke hadapan Nabi dan mengatakan kalau ia sudah menguasainya. Kemudian ia diminta
untuk menulis surat.
Rasulullah
kemudian mengutus utusan-utusan ke 14 kerajaan di sekitar Jazirah Arab. Salah
satu yang Rasulullah kirim yang ini menjadi sebab perang mutah adalah Al Harits bin Umair al-Azdi ke kerajaan Ghassasinah, kalau
sekarang Yordania. Kerajaan ini memiliki perjanjian diplomatik dengan Romawi.
Dulu
wilayah Syam yaitu Suriah, Palestina,
Yordania, dan Lebanon, dikuasai oleh Romawi dan di antara Syam dengan
Jazirah Arab dikuasai oleh kerajaan Ghassasinah. Mereka orang Arab tapi punya
kerjasama dengan Romawi.
Rasulullah
mengirim sahabat yang bernama Al Harits
bin Umair al-Azdi ke sana.
Ketika di sana, sahabat ini diikat, disiksa hingga meninggal. Dahulu para
utusan atau duta besar memiliki kekebalan diplomatik yang jika mereka dibunuh
merupakan suatu pelanggaran.
Saat
mendengar berita ini pada kamis malam, Rasulullah langsung mengumumkan kepada
para sahabat untuk berkunpul dan memberitahu bahwa besok setelah shalat shubuh
kita akan berangkat ke Ghassasinah karena sahabat kita telah dibunuh. Bisa kita
bayangkan bagaimana perasaan keluarga Alharits saat itu?
Besoknya
di hari jumat, Rasulullah meminta sahabat untuk menunggunya di luar Madinah sedangkan
Nabi akan menyusul setelah shalat jumat terlebih dahulu di Madinah.
Ada
sahabat yang bernama Abdullah bin Rawahah yang ingin shalat jumat bersama Nabi
dulu di Madinah baru nanti ia akan menyusul pasukan. Setelah shalat jumat Rasul
mengumpulkan para sahabat dan terkumpullah sekitar 3000 sahabat demi untuk satu
orang sahabat yang dibunuh.
Nabi
datang dan memeriksa pasukan satu persatu. Kemudian Nabi bertanya di mana
Abdullah bin Rawahah? Tak lama, Abdullah datang dengan kudanya dan Nabi
bertanya, "Dari mana engkau ya Abdullah? Jawabnya, "Ya Rasul aku
ingin menambah kebaikan dulu jadi aku shalat jumat bersama engkau di Madinah
baru ke sini?
Bagaimana
respon Rasulullah?
Rasulullah
menegur Abdullah. Bukankah sudah saya katakan untuk berkumpul setelah fajar?
Kata Abdullah, "Tapi saya ingin shalat jumat bersama dengan Anda".
Kata
Nabi, "Ya Abdullah engkau berjalab di jalan Allah itu lebih baik dari
dunia dan seisinya. Wahai Abdullah tahukan engkau yang membedakanmu dengan
orang yang mendahuluimu?
Kata Abdullah, "Hanya beberapa langkah saja". "Bukan kata Nabi,
sejauh barat dan timur. Kemudian Abdullah meneteskan airmata mendengar Nabi
berkata demikian.
Bisa
bayangkan jika semua sahabat memiliki pemikiran yang sama dengan Abdullah?
Kira-kira apakah pasukan akan segera berkumpul sesuai instruksi Nabi. Makanya
Nabi menegur Abdullah.
Abdullah berkata, "Tidak ada yang bisa menghapuskan dosa-dosaku kecuali
meninggal di jalan Allah. Padahal yang ia lakukan itu bukan perkara dosa. Tapi
mengapa ia sampai demikian?
Karena sedikitnya dosa dan beningnya hati membuat hal yang seperti itu seperti
perbuatan yang buruk. Sama seperti mobil yang bersih dan kinclong.....
Kemudian
Rasulullah menginspeksi pasukan dan mengumumkan. "Pemimpin perang
ini......" Ini berarti Nabi tidak ikut serta dalam peperangan ini. Namun
perang ini tetap disebut sebagai Ghazwah. Padahal Ghazwah itu sendiri adalah
perang-perang yang diikuti Nabi. Inilah saking besarnya perang ini.
“Pemimpin pasukan…..”, dan di
antara pasukan ada Khalid Bin Walid yang belum lama masuk ke dalam agama islam.
Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan Khalid yang semasa sebelum islam ia
adalah pemimpin pasukan jahiliyah yang tidak pernah terkalahkan. Bagaimana
perasaan kahlid saat itu.
“Pemimpin pasukan, Rasulullah
tiba-tiba menyebutkan nama Zaid Bin Haritsah. Mantan budak ketika di Makkah,
diangkat jadi anak oleh Rasulullah dan di merdekakan oleh Rasulullah. Sedangkan
Khalid adalah seorang yang kaya, putra seorang bangsawan. Dipimpin oleh orang
seperti Zaid bagaimana perasaan Khalid saat itu?
Kenapa tidak langsung Khalid yang
ditunjuk oleh Rasulullah SAW? Meskipun Rasulullah tahu betapa hebatnya Khalid
tapi seolah Nabi ingin mengajari Khalid bahwa jika ingin menjadi pemimpin yang
baik harus juga menjadi prajurit yang baik.
Kemudian Rasulullah melanjutkan,
“Jika Zaid terbunuh maka diganti oleh Ja’far Bin Abi Thalib. Ja’far hijrah ke
Habasyah. Sejak di Makkah sampai Rasul
hijrah ke Madinah Ja’far itu berada di Habasyah dan datang ke Madinah pada
tahun ke 7 H.
Sebelumnya saat Perang Khaibar
yang juga terjadi pada tahun ke 7 H setelah kemenangan, Rasul kembali ke
Madinah dan Ja’far pun kembali dari Habasyah. Melihat itu Rasulullah berkata,
‘Aku tidak tahu dengan apa aku berbahaiga. Apakah dengan kemenangan khaibar
atau kedatangan Ja’far”.
Ja’far langsung ditunjuk menjadi
pemimpin pasukan padahal ia baru datang ke Madinah. Namun semua menerimanya.
Kemudian Nabi melanjutkan “Kalau Ja’far juga terbunuh maka akan diganti oleh
Abdullah Bin Rawahah dan jika Abdullah Bin Rawahah juga terbunuh pilih yang
menurut kalian itu cocok”.
Ada orang Yahudi. Ia mendekat
kepada Rasul dan berkata “Di kami dalam Kitab Taurat kalau ada seorang Nabi
mengatakan demikian ia pasti terbunuh. Bukankah begitu wahai Abul Qasim. Rasul
terdiam dan tidak berkata apa-apa.
Orang Yahudi ini kemudian
mendekati Zaid, “Wahai Zaid minta izin dulu kepada keluargamu karena kalau
nanti kamu bisa bertemu dengan keluargamu berarti Nabimu berbohong”. Bayangkan
jika kita di posisi Zaid Bin Haritsah.
Zaid berkata, “Aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah dan aku tidak akan pulang dan tidak akan
berwasiat. Saya bertawakkal kepada Allah. Kalaupun mati, mati syahid”.
Ia tidak menyerah dan kembali
mendekati Ja’far dan melakukan hal yang sama seperti Zaid dan Ja’far juga berkata
bahwa ia tidak pulang.
Begitu pun kepada Abdullah bin
Rawahah. Abdullah bin Rawahah berkata kepada orang Yahudi tersebut “Aku tidak
punya jalan lain untuk menghapus kesalahan saya kecuali mati di jalan Allah. Ia
terus memprovoaski namun Abdullah berkata itu yang saya cari. Akhirnya
berangkatlah pasukan kaum muslimin sekitar 3000 orang ke Ghassasinah. Jarak
dari Madinah ke mu’tah itu sekitar 800an km.
Kerajaan Ghassasinah mendengar
bahwa pasukan kaum muslimin akan menyerang mereka dan mengetahui hal itu mereka
meminta bantuan kepada Romawi. Berapakah total pasukan Kerajaan Ghassasinah
ditambah dengan bantuan dari Romawi
untuk melawan kaum muslimin?
Catatan sejarah mencatat bahwa
pasukan mereka berjumlah sekitar 200rb orang melawan 3000 pasukan muslimin. Berapa perbandinganya, perbandingannya
mencapai 1 : 60. Artinya 1 orang kaum muslimin harus melawan 60 orang musuh
sendirian.
Kira-kira melawan 200rb akan
seperti apa? Kaum muslimin kemudian menyiapkan strategi yang kurang lebih sama
seperti Perang Uhud.
Dicarilah sebuah kampung yang
belakangnya perumahan penduduk, kanannya kebun kirinya juga perkebunan. Itulah
mengapa lokasi perang berada di Mu’tah. Mengapa? Agar kaum muslimin kanannya
aman kirinya aman dan belakangnya juga aman.
Meskipun mereka masuk dari sisi
kanan dan kiri mereka tetap harus masuk secara kecil. Bayangkan kalau perangnya
berada di padang pasir. Ini 200rb ini 3000, maka kaum muslimin akan dikepung
dari segala arah. Karena itu dicari lokasi yang kaum muslimin bisa fokus pada
arah depan.
Akhirnya musuh datang 200rb dan
mereka melihat kalau kaum muslimin berada di perkampungan Mu’tah. Sehingga
meraka yang awalnya berbaris memanjang harus menyusun ulang pasukan menjadi
berbanjar ke belakang. Dan kaum muslimin harus melawan mereka secara penuh
sedangkan pasukan Ghassasinah bisa berganti-berganti pasukan.
Pertempuran ini berlangsung
selama 6 hari. 6 hari itu berlangsung dari pagi sampai sore. Apa yang dimiliki
para sahabat sehingga masih mampu berjuang melawan musuh islam salama 6 hari
dengan pasukan yang kalah jauh. Jawabannya adalah iman.
Iman melahirkan harapan dan
harapan melahirkan kekuatan. Karena mereka memliki dua pilihan. Jika menang
maka kemenangan itu adalah kemuliaan pun jika mati, adalah mati syahid.
Akhirnya pada hari ke enam Malik
Bin Rofilah komandannya Ghassasinah melihat bahwa pertempuran ini tidak akan
selesai jika pemimpin kaum muslim tidak didikalahkan terlebih dahulu. Akhirnya
ia memerintahkan pasukan berpanahnya untuk fokus kepada pemimpin yang memegang
bendera panji islam yaitu pemimpinnya pasukan muslim yang saat itu dipegang
oleh Zaid Bin Haritsah.
Akhirnya semua fokus kepada Zaid.
Sekuatnya-kuatnya Zaid tetap tidak mampu untuk menghadang ribuan panah yang
datang kepadanya. Sampai para sahabat mengatakan kalau Zaid seperti landak
bedanya kalau landak tajamnya di punggung kalau Zaid di dada. Artinya Zaid
tidak berbalik sampai akhirnya Zaid syahid.
Di Madinah, Rasulullah berkumpul
dengan para sahabat dan menceritakan jalannya peperangan dengan izin Allah.
“Zaid membawa bendera, mereka membunuhnya. Benderanya jatuh kemudian diambil
oleh Ja’far. Ja’far kemudian maju. Ja’far dipotong tangannya sebelah kanan dan
sebelum benderanya jatuh diambil oleh tangan kiri Ja’far. Dipotong tangan kiri
Ja’far dipeluk oleh Ja’far dengan sisa tangannya sampai akhirnya Ja’far maju
dan mereka membunuhnya”.
Rasulullah menangis menceritakan
kejadian yang terjadi pada Ja’far. Ja’far adalah saudara Rasulullah dan Zaid
anak angkatnya Rasululah dahulu. Dua orang pertama adalah orang terdekatnya
Rasulullah. Dan ketika Ja’far meninggal Rasulullah berkata kepada para sahabat
saya melihat sekarang Ja’far terbang di surga. Jadi orang yang kehilangan
sesuatu di dunia akan digantikan dengan yang lebih baik di surga.
Ketika Rasulullah Isra Miraj,
Rasulullah mencium bau wangi, bau apa ini. Jibril menceitakan ini wangi
keluarganya tukang sisirnya Firaun. Ada apa dengan tukang sisirnya Firaun.
Ia adalah orang yang beriman
kepada Allah dan Nabi Musa. Dan saat menyisir anaknya Firaun, sisirnya jatuh.
Kemudian ia reflek mengatakan Bismillah. Kata anak firaun. “Engkau punya tuhan
selain bapak saya? “Tuhan saya dan tuhan Firaun itu adalah Allah”.
Sampai berita ini kepda Firaun
dan ia memanggil Masyitoh dan bertanya, “Engkau punya tuhan selain saya”.
“Tuhan saya dan tuhan anda adalah Allah”. Dipanggil anak-anaknya. Engkau masih
menuhankan tuhanya Musa. Masukkan anaknya ke kuali disitu ada minyak dan
dilempar kedalamnya. Maka dilemparkan satu persatu hingga semua keluarga
Masyitoh meninggal.
Maka di akhirat mereka diganti
dengan bau yang wangi. Maka siapa yang
kehilangan sesuatu di dunia akan Allah gantikan dengan yang lebih baik di
surga-Nya. Balasan satu perbuatan sejenis dengan amal perbuatannya.
Jadi Ja’far punya julukan ‘Ja’far yang bisa terbang’.
“Abdullah bin Rawahah kemudian
mengambil bendera”. Kata Rasulullah “Abdullah bin Rawahah berhenti sebentar”.
Dalam kebimbangannya ia akhirnya mengucapkan satu syair, “Wahai jiwaku, kamu
gak turun engkau akan dipaksa. Di depanmu sudah ada kematian yang sudah engkau
tunggu sejak lama. Jikapun engkau tidak mati di sini pada akhirnya engkau akan
mati juga. Sebentar ada dialog dengan diri sendiri Akhirnya Abdullah maju dan
meninggal.
Rasulullah memberitahu sahabat
bahwa Zaid, Ja’far dan Abdullah di surga. “Saya melihat Zaid dan Ja’far sedang
berada di Kasur dipan di surga sedangkan Abdullah juga sama hanya saja dipannya
Abdullah agak turun sedikit. Sahabat bertanya “Kenapa ya Rasulullah. Jawab
Nabi, “Karena Abdullah berhenti sebentar”.
Abdullah bin Rawahah kemudian
meninggal dan bendera jatuh. Kemudian salah seorang sahabat bernama Tsabit bin
Arqam lari mengambil benderanya. Sahabat ini pernah ikut dalam Perang Badar.
Tsabit kemudain berteriak, “Wahai Aba Sulaiman (Khalid)”. Khalid kemudian
datang, dan Tsabit berkata “Ambil bendera ini”.
Khalid berkata, “Tidak engaku
lebih berhak dan pernah ikut serta dalam Perang Badar”. Kata Tsabit, “Saya
ambil bendera ini buat anda”. Kemudian diserahkan dan akhirnya semua sepakat
jika Khalid menjadi pemimpin pasukan berikutnya. Perang selesai sampai sore dan
Khalid kemudian mundur.
Kata Khalid kemudian hari, di
hari itu sembilan pedang saya hancur akibat menghadang panah-panah yang datang
kepadanya. Khalid adalah salah satu sahabat yang bisa memainkan pedang dengan
kedua tanganya.
Akhirnya di malam hari semuanya
mundur ke markas dan Khalid mengumpulkan semua komandan. Kata Khalid, “Perang
ini tidak akan berakhir dengan kemenangan. Kenapa. Karena kita 3000 dan banyak
korban sedang mereka 200rb. Khalid orang yang tentu saja beriman tapi ia
realistis. “Terus menurut engkau bagaimana wahai Khalid”.
Kata Khalid, “Karena pertama kita
sudah mengambil hak darah saudara kita dan kita sudah mengalahkan mereka lebih
banyak. Kedua kita juga sudah menjalankan perintah Rasulullah. Jadi menurut
saya kita harus mundur”. Khalid bertanya kepada komandan yang lain dan setelah
adu argument, akhirnya semuanya sepakat untuk mundur.
Kata Khalid, “Kita pun tidak bisa
mundur”. Mengapa, padahal Khalid sendiri yang menyarankannya. Kata Khalid kalau
kita dari mundur dari Mu’tah kemudian ke padang pasir dan mereka mengejar kita
maka kita akan dibantai oleh mereka”.
Kata sahabat, “Terus apa yang
harus kita lakukan wahai Khalid. Khalid kemudian melakukan perang psikologis.
“Pasukan yang kemarin berperang sebelah kanan dipindah sebelah kiri yang
sebelah kiri geser sebelah kanan. Yang depan mundur ke belakang dan yang
belakang maju ke depan. Segala pakaian, bendera dan atribut lainnya bersihkan”.
Khalid ingin memberikan kesan
bahwa yang berperang hari esok adalah orang yang baru. Apakah ini cukup, tentu
saja tidak.
Khalid juga menginstruksikan agar
300 pasukan berkudanya mundur ke belakang pemukiman. Mundur yang jauh dan bagi
jadi enam pasukan kavaleri. Besok pagi kalau kedua pasukan sudah berhadapan
kavaleri yang pertama semuanya sebisa mungkin adukan kudanya dan buat biar
debunya semakin tinggi.
Kata Khalid, “Semakin tinggi debu
yang terangkat semakin tinggi pahala kalian semua. Nanti setelah debunya
meninggi kavaleri pertama masuk ke dalam barisan dan kita harus meneriakkan
Allahu Akbar dan begitu seterusnya”.
“Setelah pasukan ke enam masuk
saya akan berteriak, “Semuanya maju”. Maka kita semua maju. Setelah nanti kita
maju, ketika saya berteriak, “Mundur”, maka kita semua mundur. kavaleri keenam,
kelima, keempat dan kita mundur semua kembali ke madinah”. Strategi dirancang
semalaman dan besok pagi dengan izin
Allah segala persiapan sudah siap.
Dahulu perang itu berhadapan
secara face to face. Dan esoknya,
ketika pasukan kaum muslimin kembali berhadapan dengan pasukan Ghassasinah,
mereka menyadari jika lawannya mereka ternyata orang yang berbeda. Akhirnya pasukan Ghassasinah
melapor ke pemimpinnya.
Kata pemimpinnya, “Mereka
mendapat bantuan”. Kemudian setelah semuanya berkumpul mereka melihat debu yang
tinggi dari arah belakang kaum muslimin. Mereka kembali melapor dan menduga
jika kaum muslimin kembali mendapat
bantuan.
Dan sontak ketika pasukan pertama
muslimin masuk ke barisan sesuai instruksi, maka seluruh pasukan muslimin
berteriak Takbir. Allaaaahu Akbar. Bayangkan bagaimana reaksi pasukan
Ghassasinah saat itu.
Sampai akhirnya pasukan keenam
masuk dan khalid berteriak, “Ya ‘Ibadallah Tawakkalu ‘ala Allah”. Salah satu
pasukan muslimin saat itu adalah Abu Hurairah dan kata Abu Hurairah “Saat
Khalid berteriak seperti itu aku melihat di mata mereka, seribu pasukan
lawan sudah mati”.
Sampai akhirnya ribuan orang
tunggang-langgang diserang Khalid kemudian Khalid kembali berteriak, “Ya
‘Ibadallah mundur. Lihat bagaimana pentingnya taat kepada pemimpin dan hasil
musyawarah karena kalau tidak maka akan terjadi cerita yang berbeda. Kemudian
pasukan kaum muslimin mundur secara perlahan sesuai dengan instruksi yang telah
direncanakan.
Pasukan lawan melihat kaum
muslimin mundur sontak ingin mengejarnya. Namun pemimpinnya berkata kepada
pasukannya, “Jangan dikejar ini jebakan. Karena mereka mundur untuk memancing
kita. Di sana sudah ada pasukan kemarin yang siap menyerang kita”. Padahal
pasukannya itu-itu juga tapi bisa membuat kesan kalau pasukan kaum muslimin dua
kali lipat. Inilah kecerdasannya Khalid bin Walid.
Akhirnya Khalid bin Walid dan
pasukan muslimin kembali ke Madinah sedangkan pasukan musuh masih menunggu di
sana.
Strategi ini masih dipelajari
katanya di akademi militer di barat sana. Karena ini adalah strategi militer
mundur terbaik dalam sejarah. Yang menarik pasukan tanpa dikejar pasukan musuh
dan pasukan yang mundur tidak dianggap kalah. Strategi yang terbaik
Pulanglah Khalid dan pasukan ke
Madinah. Kira-kira bagaimana reaksi masyarakat Madinah.
Masyarakat Madinah tahu bagaimana
jalannya peperangan karena Rasulullh menceritakan secara langsung apalagi
ketika bendera kepemimpinan dipegang oleh Khalid. Kata Rasulullah saat itu,
“Bendera dipegang oleh Khalid Syuyufi Min
Syuyufillah. Baru tiga bulan sejak Khalid masuk islam tapi Khalid sudah
mendapat gelar dari Rasulullah.
Sama seperti Umar yang juga
mendapatkan gelar dari Rasulullah belum satu hari setelah keislamannya. Kata
Umar kepada Rasulullah, “Bukankah kita di atas kebenaran ya Rasulullah?”.
“Benar wahai Umar”. “Bukankah orang musyrik di atas kebatilan?”. “Benar wahai
Umar”. “Terus kenapa kita bersembunyi-sembunyi di sini ya Rasulullah?”. “Terus
menurutmu bagaimana wahai Umar”. Kata Umar, “Kita keluar kita umumkan keislaman
kita. Kita buat barisan Hamzah sebelah kanan, saya sebelah kiri, Engkau di
tengah-tengah dan kaum muslimin lainnya di belakang kemudian kita thawaf”. Kata
Rasulullah, “Anta Alfaruq”. Dapat gelar dari Rasulullah di hari pertama
keislamannya. Kita???
Khalid pulang ke Madinah. Ibu-ibu
sudah berbaris menyambut dan melempar Khalid dan pasukannya dengan batu. “Wahai
orang-orang yang kabur. Kalian kabur di jalan Allah. Kenapa kalian kabur lebih
baik kalian mati syahid”.
Rasulullah kemudian keluar rumah
sambil membentangkan tangannya dan berkata, “Bukan... bukan. Mereka bukan orang
yang kabur. Mereka akan kembali lagi Insya Allah”.
Kemudian Nabi bertemu Khalid dan
memeluknya dan berkata, “Anta syaifun min
syuyufillah”. Kenapa Khalid tidak pernah terkahalhkan? Karena pedang Allah
tidak mungkin terkalahkan.
Inilah kisah kecerdasan Khalid
dalam perang Mu’tah.
Baca juga tentang salah satu pertempuran yang mengubah peradaban islam yaitu perang manzikert dsini
0 komentar:
Posting Komentar