Selasa, 15 November 2022

Ust Nur Ihsan Jundullah - Khalid bin Walid, Perang Mu'tah dan Kecerdasan Strategi Tempur

 Hanya Ilustrasi Perang 

Muqaddimah

Khalid bin Walid adalah putra dari orang terkaya di Makkah saat itu. Orang yang diabadikan Allah dalam Alquran dalam Surat Al-Mudatsir. Wahai Muhammad “Biarkan aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendiri”. (QS.74: 11).

Wahai Muhammad sudah jangan terlalu pusing menghadapi Walid bin Mughirah. “Aku sudah memberikan harta yang berlimpah kepadanya”. Saking kayanya Walid bin Mughirah kiswah Ka’bah diganti setiap tahun dan anaknya yang sangat banyak menjadi saksi bagi kedua orangtuanya. “Dan Kami berikan urusan pengaruh yang sangat luar biasa”. Kemudian ditengah keberlimpahan yang luar biasa tetap Walid bin Mughirah  tetap tamak dan ingin berlebih lagi. Kata Allah “Tidak, karena dia bersikap keras kepala terhadap tanda-tanda kami”.

Ada ayat yang berbunyi  Wabtaghi fiimaa aataakallaahud daaral aakhirata walaa tansa nashiibaka minad dun-yaa.” Ayat ini berada di mana? Ayat ini terselip dalam kisah Qarun yaitu dalam Surat Al-Qashash. Persis di ayat sebelumnya Allah SWT menceritakan tentang kisah Qarun.

Sungguh Qarun itu dulu adalah kaummnya Nabi Musa. Ia seorang yang sholeh, taat, miskin dan kemudian ia berbisnis sehingga menjadi kaya raya. Setelah kaya raya Qarun malah bersikap tidak baik kepada kaumnya Nabi Musa. Kenapa, karena Allah telah memberikan kepada Qarun harta yang berlimpah.

Kemudian kaumnya datang dan menasehati Qarun bahwasanya jangan terlalu bangga dengan harta yang dititipkan Allah karena itu hanyalah barang titipan.

Imam Ahmad ditanya, “Wahai imam bisakah orang yang memiliki seribu-ribu dirham disebut zuhud? “Bisa”, jawab Imam Ahmad. Bagaimana bisa. “Kalau bertambah yang di tangan tidak mengurangi perasaan dan jika berkurang juga tidak mengubah perasaan”.

Baru setelah itu ada ayat “Wabtaghi dst” jadi itu adalah nasehat kepada Qarun. Agar mencari akhirat dari yang Allah titipkan kepadanya tapi jangan lupakan dunia. Jangan dibalik. Seolah-olah Allah ingin mengatakan kepada kita semua, mau kaya raya seperti Qarun silahkan tapi gunakan yang Allah titipkan untuk Akhirat.

Nah Walid bin Mughirah adalah Qarunnya zaman Rasulullah dan dia juga yang menjadi aktor dibalik stigma atau label tukang sihir ke Rasulullah. Semua orang datang kepada Walid. “Walid sebentar lagi musim haji akan datang. Kita harus sepakati Muhammad harus kita labeli apa agar tidak ada omongan yang berbeda diantara kita karena kalau tidak orang-orang tidak akan percaya dengan yang kita katakana”. Maka Walid mengatakan, “Sudah kita sebut saja Muhammad adalah tukang sihir”.

Khalid punya kakak kandung yang namanya sama dengan bapaknya yaitu Walid. Walid bin Mughirah banyak diantaranya yaitu Walid dan Khalid. Walid masuk islam terlebih dahulu dan Khalid baru masuk islam belakangan.

Latar belakang masuk islamnya Khalid

Saat Rasulullah memimpin Perang Uhud, Khalid melihat bahwa strateginya Muhammad luar biasa. Kita tahu bahwa Khalid dengan 200 pasukan kudanya tidak bisa bergerak karena Rasulullah menempatkan 50 pasukan pemanahnya di bukit. Khalid berpikir, ini intinya ada di pasukan panah. Maka Rasulullah berpesan kepada pasukan pemananhnya apapun yang terjadi biar menang ataupun kalah jangan turun. Sebelum ada perintah. Khalid pun sama, tidak akan bisa menyerang Muhammad dari depan atau belakang kecuali pasukan pemanahnya tidak ada.

Khalid ahli militer bertemu dengan Rasulullah yang sholih dan juga ahli perang tentu meninggalkan kesan yang baik bagi Khalid. Begitu pun ketika Perjanjian Hudaibiyah.

Kedua saat Perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah ingin umrah dengan 1400 orang sahabatnya. Kemudian Khalid dengan 200 pasukan berkudanya ingin mencegat Rasulullah agar tidak bisa masuk ke Kota Makkah untuk umrah. Mengetahui hal ini kemudian Rasulullah bermusyawah dan bertanya kepada para sahabatnya ada yang tahu jalan yang bisa menghindari Khalid? Kata salah seorang sahabat Nabi, “Saya tahu jalannya tapi jalannya muter dan jelek”. Kata Rasulullah, “Kita muter”.

Kemudian Rasulullah bergerak bersama 1400 sahabatnya dan saat Rasulullah dalam perjalanan Rasulullah bertemu seekor anjing yang sedang melahirkan. Kata Rasulullah “Ubah arah tujuan”. Para sahabat bertanya kenapa. Kata Rasulullah “Ada seekor anjing yang sedang melahirkan”. Mengapa? kata para sahabat. “Karena kita tidak ingin menakut-nakutinya”. Kemudian Rasulullah berputar lebih jauh hingga tiba di Perkampungan Hudaibiyah.

Khalid akhirnya sadar mengapa Muhammad tidak kunjung datang. Khalid ahli militer dan pasti intelijennya luar biasa. Tapi Nabi bisa menghindari Khalid hingga bisa tiba di Hudaibiyah.

Dua hal ini yang membuat Khalid berpikir jika Nabi bukan orang yang biasa. Khalid kemudian mengejar Nabi ke Hudabiyah. Sesampainya di sana Khalid meperhatikan apa yang kaum muslimin sedang lakukan. Dan ketika itu sahabat sedang melaksanakan shalat dhuhur. Kata Khalid kita akan serang saat mereka shalat ashar. Ketika ashar, Rasulullah melihat Khalid dari jauh dan ketika itulah turun syariat ibadah tentang shalat khauf. Jadi gabungan antara ibadah dan militer. Khalid yang tadi mau menyerang sahabat mengurungkan niatnya.

Inilah Rasulullah sosok yang sangat bisa menarik simpati dari kawan bahkan lawan sekalaipun. Sama seperti kisah masuk islamnya Rukanah yang diajak Rasulullah untuk masuk islam tapi ia berkata, “Boleh asalkan engkau bergulat dulu dengan saya”. Kemudian Rasulullah pun bergulat dengan Rukanah hingga Nabi dapat mengalahkannya meski Rukanah meminta tanding ulang tetap ia dikalahkan Rasulullah hingga akhirnya masuk islam.

Pun begitu dengan kisah Umar bin Khattab. Singkatnya ketika Umar datang ke rumah Arqam dan dihadang oleh Hamzah, Rasulullah memanggil Umar. “Sini wahai Umar”. Mengapa Rasulullah bisa tenang karena sebelumnya Rasulullah berdoa agar islam dikuatkan dengan salah satu diantara dua Umar.

Dan di mata Umar juga terlihat hidayah yang masuk. Kemudian Umar mendekat dan Rasulullah memegang kerah Umar dan tidak biasanya Rasulullah seperti ini. Kerahnya di pegang dan digoyang-goyang. “Bukankah sudah datang waktunya engkau masuk islam wahai putranya Khattab”.

Ke Abu Bakar dan Utsman Rasulullah tidak pernah seperti ini. Mengapa? Karena Umar memiliki personality yang kuat.

Dan tahun berikutnya setelah Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah melakukan umrah Qada dan saat itu Walid kakaknya menulis surat kepada Khalid yang berisi bahwa, “Khalid, Rasulullah bertanya tentang engkau kepda saya, dimana Khalid?

Khalid menerima surat dari kakaknya dan berpikir ternyata Rasulullah perhatian kepadanya. Akhirnya tahun ke 7 H menjelang tahun 8 H, Khalid hendak ke Madinah. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Utsman bin Thalhah dan ternyata meraka punya maksud dan tujuan yang sama mengapa hendak ke Makkah. Kemudian mereka bertemu lagi dengan Amr bin Ash. Ketika mereka bertanya kepada Amr bin Ash, ternyata mereka bertiga memiliki maksud dan tujuan yang sama.

Ketika Rasulullah mengetahui kabar tersebut, Rasulullah berkata Allahu Akbar. “Makkah telah melemparkan panah-panah terbaiknya” dan akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam agama islam dan bersyahadat di hadapan Rasulullah.

Penyebab Terjadinya Perang Mu’tah

Tahun 7 jelang tahun 8, tahun 7 ini adalah tahun di mana ekspansi dakwah Nabi bukan lagi level jazirah tapi sudah level internasional. Nabi mencari sahabat2 yang pintar berbahasa yg memiliki linguistik yang bagus dan salah satu sahabat yang dipilih Nabi adalah Zaid bin Zabit untuk belajar bahasa-bahada di negeri2 sekitar Arab.

Zaid diminta nabi untuk belajar bahasa ibrani. Belum satu bulan Zaid sudah kembali ke hadapan Nabi dan mengatakan kalau ia sudah menguasainya. Kemudian ia diminta untuk menulis surat.

Rasulullah kemudian mengutus utusan-utusan ke 14 kerajaan di sekitar Jazirah Arab. Salah satu yang Rasulullah kirim yang ini menjadi sebab perang mutah adalah Al Harits bin Umair al-Azdi ke kerajaan Ghassasinah, kalau sekarang Yordania. Kerajaan ini memiliki perjanjian diplomatik dengan Romawi.

Dulu wilayah Syam yaitu Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon, dikuasai oleh Romawi dan di antara Syam dengan Jazirah Arab dikuasai oleh kerajaan Ghassasinah. Mereka orang Arab tapi punya kerjasama dengan Romawi.

Rasulullah mengirim sahabat yang bernama  Al Harits bin Umair al-Azdi ke sana. Ketika di sana, sahabat ini diikat, disiksa hingga meninggal. Dahulu para utusan atau duta besar memiliki kekebalan diplomatik yang jika mereka dibunuh merupakan suatu pelanggaran.

Saat mendengar berita ini pada kamis malam, Rasulullah langsung mengumumkan kepada para sahabat untuk berkunpul dan memberitahu bahwa besok setelah shalat shubuh kita akan berangkat ke Ghassasinah karena sahabat kita telah dibunuh. Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan keluarga Alharits saat itu?

Besoknya di hari jumat, Rasulullah meminta sahabat untuk menunggunya di luar Madinah sedangkan Nabi akan menyusul setelah shalat jumat terlebih dahulu di Madinah.

Ada sahabat yang bernama Abdullah bin Rawahah yang ingin shalat jumat bersama Nabi dulu di Madinah baru nanti ia akan menyusul pasukan. Setelah shalat jumat Rasul mengumpulkan para sahabat dan terkumpullah sekitar 3000 sahabat demi untuk satu orang sahabat yang dibunuh.

Nabi datang dan memeriksa pasukan satu persatu. Kemudian Nabi bertanya di mana Abdullah bin Rawahah? Tak lama, Abdullah datang dengan kudanya dan Nabi bertanya, "Dari mana engkau ya Abdullah? Jawabnya, "Ya Rasul aku ingin menambah kebaikan dulu jadi aku shalat jumat bersama engkau di Madinah baru ke sini?

Bagaimana respon Rasulullah?

Rasulullah menegur Abdullah. Bukankah sudah saya katakan untuk berkumpul setelah fajar? Kata Abdullah, "Tapi saya ingin shalat jumat bersama dengan Anda".

Kata Nabi, "Ya Abdullah engkau berjalab di jalan Allah itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Wahai Abdullah tahukan engkau yang membedakanmu dengan orang yang mendahuluimu?
Kata Abdullah, "Hanya beberapa langkah saja". "Bukan kata Nabi, sejauh barat dan timur. Kemudian Abdullah meneteskan airmata mendengar Nabi berkata demikian.

Bisa bayangkan jika semua sahabat memiliki pemikiran yang sama dengan Abdullah? Kira-kira apakah pasukan akan segera berkumpul sesuai instruksi Nabi. Makanya Nabi menegur Abdullah.
Abdullah berkata, "Tidak ada yang bisa menghapuskan dosa-dosaku kecuali meninggal di jalan Allah. Padahal yang ia lakukan itu bukan perkara dosa. Tapi mengapa ia sampai demikian?
Karena sedikitnya dosa dan beningnya hati membuat hal yang seperti itu seperti perbuatan yang buruk. Sama seperti mobil yang bersih dan kinclong.....

Kemudian Rasulullah menginspeksi pasukan dan mengumumkan. "Pemimpin perang ini......" Ini berarti Nabi tidak ikut serta dalam peperangan ini. Namun perang ini tetap disebut sebagai Ghazwah. Padahal Ghazwah itu sendiri adalah perang-perang yang diikuti Nabi. Inilah saking besarnya perang ini.

“Pemimpin pasukan…..”, dan di antara pasukan ada Khalid Bin Walid yang belum lama masuk ke dalam agama islam. Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan Khalid yang semasa sebelum islam ia adalah pemimpin pasukan jahiliyah yang tidak pernah terkalahkan. Bagaimana perasaan kahlid saat itu.

“Pemimpin pasukan, Rasulullah tiba-tiba menyebutkan nama Zaid Bin Haritsah. Mantan budak ketika di Makkah, diangkat jadi anak oleh Rasulullah dan di merdekakan oleh Rasulullah. Sedangkan Khalid adalah seorang yang kaya, putra seorang bangsawan. Dipimpin oleh orang seperti Zaid bagaimana perasaan Khalid saat itu?

Kenapa tidak langsung Khalid yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW? Meskipun Rasulullah tahu betapa hebatnya Khalid tapi seolah Nabi ingin mengajari Khalid bahwa jika ingin menjadi pemimpin yang baik harus juga menjadi prajurit yang baik.

Kemudian Rasulullah melanjutkan, “Jika Zaid terbunuh maka diganti oleh Ja’far Bin Abi Thalib. Ja’far hijrah ke Habasyah. Sejak di Makkah sampai  Rasul hijrah ke Madinah Ja’far itu berada di Habasyah dan datang ke Madinah pada tahun ke 7 H.

Sebelumnya saat Perang Khaibar yang juga terjadi pada tahun ke 7 H setelah kemenangan, Rasul kembali ke Madinah dan Ja’far pun kembali dari Habasyah. Melihat itu Rasulullah berkata, ‘Aku tidak tahu dengan apa aku berbahaiga. Apakah dengan kemenangan khaibar atau kedatangan Ja’far”.

Ja’far langsung ditunjuk menjadi pemimpin pasukan padahal ia baru datang ke Madinah. Namun semua menerimanya. Kemudian Nabi melanjutkan “Kalau Ja’far juga terbunuh maka akan diganti oleh Abdullah Bin Rawahah dan jika Abdullah Bin Rawahah juga terbunuh pilih yang menurut kalian itu cocok”.

Ada orang Yahudi. Ia mendekat kepada Rasul dan berkata “Di kami dalam Kitab Taurat kalau ada seorang Nabi mengatakan demikian ia pasti terbunuh. Bukankah begitu wahai Abul Qasim. Rasul terdiam dan tidak berkata apa-apa.

Orang Yahudi ini kemudian mendekati Zaid, “Wahai Zaid minta izin dulu kepada keluargamu karena kalau nanti kamu bisa bertemu dengan keluargamu berarti Nabimu berbohong”. Bayangkan jika kita di posisi Zaid Bin Haritsah.

Zaid berkata, “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan aku tidak akan pulang dan tidak akan berwasiat. Saya bertawakkal kepada Allah. Kalaupun mati, mati syahid”.

Ia tidak menyerah dan kembali mendekati Ja’far dan melakukan hal yang sama seperti Zaid dan Ja’far juga berkata bahwa ia tidak pulang.

Begitu pun kepada Abdullah bin Rawahah. Abdullah bin Rawahah berkata kepada orang Yahudi tersebut “Aku tidak punya jalan lain untuk menghapus kesalahan saya kecuali mati di jalan Allah. Ia terus memprovoaski namun Abdullah berkata itu yang saya cari. Akhirnya berangkatlah pasukan kaum muslimin sekitar 3000 orang ke Ghassasinah. Jarak dari Madinah ke mu’tah itu sekitar 800an km.

Kerajaan Ghassasinah mendengar bahwa pasukan kaum muslimin akan menyerang mereka dan mengetahui hal itu mereka meminta bantuan kepada Romawi. Berapakah total pasukan Kerajaan Ghassasinah ditambah dengan bantuan dari Romawi  untuk melawan kaum muslimin?

Catatan sejarah mencatat bahwa pasukan mereka berjumlah sekitar 200rb orang melawan 3000 pasukan muslimin.  Berapa perbandinganya, perbandingannya mencapai 1 : 60. Artinya 1 orang kaum muslimin harus melawan 60 orang musuh sendirian.

Kira-kira melawan 200rb akan seperti apa? Kaum muslimin kemudian menyiapkan strategi yang kurang lebih sama seperti Perang Uhud.

Dicarilah sebuah kampung yang belakangnya perumahan penduduk, kanannya kebun kirinya juga perkebunan. Itulah mengapa lokasi perang berada di Mu’tah. Mengapa? Agar kaum muslimin kanannya aman kirinya aman dan belakangnya juga aman.

Meskipun mereka masuk dari sisi kanan dan kiri mereka tetap harus masuk secara kecil. Bayangkan kalau perangnya berada di padang pasir. Ini 200rb ini 3000, maka kaum muslimin akan dikepung dari segala arah. Karena itu dicari lokasi yang kaum muslimin bisa fokus pada arah depan.

Akhirnya musuh datang 200rb dan mereka melihat kalau kaum muslimin berada di perkampungan Mu’tah. Sehingga meraka yang awalnya berbaris memanjang harus menyusun ulang pasukan menjadi berbanjar ke belakang. Dan kaum muslimin harus melawan mereka secara penuh sedangkan pasukan Ghassasinah bisa berganti-berganti pasukan.

Pertempuran ini berlangsung selama 6 hari. 6 hari itu berlangsung dari pagi sampai sore. Apa yang dimiliki para sahabat sehingga masih mampu berjuang melawan musuh islam salama 6 hari dengan pasukan yang kalah jauh. Jawabannya adalah iman.

Iman melahirkan harapan dan harapan melahirkan kekuatan. Karena mereka memliki dua pilihan. Jika menang maka kemenangan itu adalah kemuliaan pun jika mati, adalah mati syahid.

Akhirnya pada hari ke enam Malik Bin Rofilah komandannya Ghassasinah melihat bahwa pertempuran ini tidak akan selesai jika pemimpin kaum muslim tidak didikalahkan terlebih dahulu. Akhirnya ia memerintahkan pasukan berpanahnya untuk fokus kepada pemimpin yang memegang bendera panji islam yaitu pemimpinnya pasukan muslim yang saat itu dipegang oleh Zaid Bin Haritsah.

Akhirnya semua fokus kepada Zaid. Sekuatnya-kuatnya Zaid tetap tidak mampu untuk menghadang ribuan panah yang datang kepadanya. Sampai para sahabat mengatakan kalau Zaid seperti landak bedanya kalau landak tajamnya di punggung kalau Zaid di dada. Artinya Zaid tidak berbalik sampai akhirnya Zaid syahid.

Di Madinah, Rasulullah berkumpul dengan para sahabat dan menceritakan jalannya peperangan dengan izin Allah. “Zaid membawa bendera, mereka membunuhnya. Benderanya jatuh kemudian diambil oleh Ja’far. Ja’far kemudian maju. Ja’far dipotong tangannya sebelah kanan dan sebelum benderanya jatuh diambil oleh tangan kiri Ja’far. Dipotong tangan kiri Ja’far dipeluk oleh Ja’far dengan sisa tangannya sampai akhirnya Ja’far maju dan mereka membunuhnya”.

Rasulullah menangis menceritakan kejadian yang terjadi pada Ja’far. Ja’far adalah saudara Rasulullah dan Zaid anak angkatnya Rasululah dahulu. Dua orang pertama adalah orang terdekatnya Rasulullah. Dan ketika Ja’far meninggal Rasulullah berkata kepada para sahabat saya melihat sekarang Ja’far terbang di surga. Jadi orang yang kehilangan sesuatu di dunia akan digantikan dengan yang lebih baik di surga.

Ketika Rasulullah Isra Miraj, Rasulullah mencium bau wangi, bau apa ini. Jibril menceitakan ini wangi keluarganya tukang sisirnya Firaun. Ada apa dengan tukang sisirnya Firaun.

Ia adalah orang yang beriman kepada Allah dan Nabi Musa. Dan saat menyisir anaknya Firaun, sisirnya jatuh. Kemudian ia reflek mengatakan Bismillah. Kata anak firaun. “Engkau punya tuhan selain bapak saya? “Tuhan saya dan tuhan Firaun itu adalah Allah”.

Sampai berita ini kepda Firaun dan ia memanggil Masyitoh dan bertanya, “Engkau punya tuhan selain saya”. “Tuhan saya dan tuhan anda adalah Allah”. Dipanggil anak-anaknya. Engkau masih menuhankan tuhanya Musa. Masukkan anaknya ke kuali disitu ada minyak dan dilempar kedalamnya. Maka dilemparkan satu persatu hingga semua keluarga Masyitoh meninggal.

Maka di akhirat mereka diganti dengan bau yang wangi.   Maka siapa yang kehilangan sesuatu di dunia akan Allah gantikan dengan yang lebih baik di surga-Nya. Balasan satu perbuatan sejenis dengan amal perbuatannya.

Jadi Ja’far punya julukan ‘Ja’far yang bisa terbang’.

“Abdullah bin Rawahah kemudian mengambil bendera”. Kata Rasulullah “Abdullah bin Rawahah berhenti sebentar”. Dalam kebimbangannya ia akhirnya mengucapkan satu syair, “Wahai jiwaku, kamu gak turun engkau akan dipaksa. Di depanmu sudah ada kematian yang sudah engkau tunggu sejak lama. Jikapun engkau tidak mati di sini pada akhirnya engkau akan mati juga. Sebentar ada dialog dengan diri sendiri Akhirnya Abdullah maju dan meninggal.

Rasulullah memberitahu sahabat bahwa Zaid, Ja’far dan Abdullah di surga. “Saya melihat Zaid dan Ja’far sedang berada di Kasur dipan di surga sedangkan Abdullah juga sama hanya saja dipannya Abdullah agak turun sedikit. Sahabat bertanya “Kenapa ya Rasulullah. Jawab Nabi, “Karena Abdullah berhenti sebentar”.

Abdullah bin Rawahah kemudian meninggal dan bendera jatuh. Kemudian salah seorang sahabat bernama Tsabit bin Arqam lari mengambil benderanya. Sahabat ini pernah ikut dalam Perang Badar. Tsabit kemudain berteriak, “Wahai Aba Sulaiman (Khalid)”. Khalid kemudian datang, dan Tsabit berkata “Ambil bendera ini”.

Khalid berkata, “Tidak engaku lebih berhak dan pernah ikut serta dalam Perang Badar”. Kata Tsabit, “Saya ambil bendera ini buat anda”. Kemudian diserahkan dan akhirnya semua sepakat jika Khalid menjadi pemimpin pasukan berikutnya. Perang selesai sampai sore dan Khalid kemudian mundur.

Kata Khalid kemudian hari, di hari itu sembilan pedang saya hancur akibat menghadang panah-panah yang datang kepadanya. Khalid adalah salah satu sahabat yang bisa memainkan pedang dengan kedua tanganya.

Akhirnya di malam hari semuanya mundur ke markas dan Khalid mengumpulkan semua komandan. Kata Khalid, “Perang ini tidak akan berakhir dengan kemenangan. Kenapa. Karena kita 3000 dan banyak korban sedang mereka 200rb. Khalid orang yang tentu saja beriman tapi ia realistis. “Terus menurut engkau bagaimana wahai Khalid”.

Kata Khalid, “Karena pertama kita sudah mengambil hak darah saudara kita dan kita sudah mengalahkan mereka lebih banyak. Kedua kita juga sudah menjalankan perintah Rasulullah. Jadi menurut saya kita harus mundur”. Khalid bertanya kepada komandan yang lain dan setelah adu argument, akhirnya semuanya sepakat untuk mundur.

Kata Khalid, “Kita pun tidak bisa mundur”. Mengapa, padahal Khalid sendiri yang menyarankannya. Kata Khalid kalau kita dari mundur dari Mu’tah kemudian ke padang pasir dan mereka mengejar kita maka kita akan dibantai oleh mereka”.

Kata sahabat, “Terus apa yang harus kita lakukan wahai Khalid. Khalid kemudian melakukan perang psikologis. “Pasukan yang kemarin berperang sebelah kanan dipindah sebelah kiri yang sebelah kiri geser sebelah kanan. Yang depan mundur ke belakang dan yang belakang maju ke depan. Segala pakaian, bendera dan atribut lainnya bersihkan”.

Khalid ingin memberikan kesan bahwa yang berperang hari esok adalah orang yang baru. Apakah ini cukup, tentu saja tidak.

Khalid juga menginstruksikan agar 300 pasukan berkudanya mundur ke belakang pemukiman. Mundur yang jauh dan bagi jadi enam pasukan kavaleri. Besok pagi kalau kedua pasukan sudah berhadapan kavaleri yang pertama semuanya sebisa mungkin adukan kudanya dan buat biar debunya semakin tinggi.

Kata Khalid, “Semakin tinggi debu yang terangkat semakin tinggi pahala kalian semua. Nanti setelah debunya meninggi kavaleri pertama masuk ke dalam barisan dan kita harus meneriakkan Allahu Akbar dan begitu seterusnya”.

“Setelah pasukan ke enam masuk saya akan berteriak, “Semuanya maju”. Maka kita semua maju. Setelah nanti kita maju, ketika saya berteriak, “Mundur”, maka kita semua mundur. kavaleri keenam, kelima, keempat dan kita mundur semua kembali ke madinah”. Strategi dirancang semalaman dan  besok pagi dengan izin Allah segala persiapan sudah siap.

Dahulu perang itu berhadapan secara face to face. Dan esoknya, ketika pasukan kaum muslimin kembali berhadapan dengan pasukan Ghassasinah, mereka menyadari jika lawannya mereka ternyata orang  yang berbeda. Akhirnya pasukan Ghassasinah melapor ke pemimpinnya.

Kata pemimpinnya, “Mereka mendapat bantuan”. Kemudian setelah semuanya berkumpul mereka melihat debu yang tinggi dari arah belakang kaum muslimin. Mereka kembali melapor dan menduga jika kaum muslimin  kembali mendapat bantuan.

Dan sontak ketika pasukan pertama muslimin masuk ke barisan sesuai instruksi, maka seluruh pasukan muslimin berteriak Takbir. Allaaaahu Akbar. Bayangkan bagaimana reaksi pasukan Ghassasinah saat itu.

Sampai akhirnya pasukan keenam masuk dan khalid berteriak, “Ya ‘Ibadallah Tawakkalu ‘ala Allah”. Salah satu pasukan muslimin saat itu adalah Abu Hurairah dan kata Abu Hurairah “Saat Khalid berteriak seperti itu aku melihat di mata mereka, seribu pasukan lawan  sudah mati”.

Sampai akhirnya ribuan orang tunggang-langgang diserang Khalid kemudian Khalid kembali berteriak, “Ya ‘Ibadallah mundur. Lihat bagaimana pentingnya taat kepada pemimpin dan hasil musyawarah karena kalau tidak maka akan terjadi cerita yang berbeda. Kemudian pasukan kaum muslimin mundur secara perlahan sesuai dengan instruksi yang telah direncanakan.

Pasukan lawan melihat kaum muslimin mundur sontak ingin mengejarnya. Namun pemimpinnya berkata kepada pasukannya, “Jangan dikejar ini jebakan. Karena mereka mundur untuk memancing kita. Di sana sudah ada pasukan kemarin yang siap menyerang kita”. Padahal pasukannya itu-itu juga tapi bisa membuat kesan kalau pasukan kaum muslimin dua kali lipat. Inilah kecerdasannya Khalid bin Walid.

Akhirnya Khalid bin Walid dan pasukan muslimin kembali ke Madinah sedangkan pasukan musuh masih menunggu di sana.

Strategi ini masih dipelajari katanya di akademi militer di barat sana. Karena ini adalah strategi militer mundur terbaik dalam sejarah. Yang menarik pasukan tanpa dikejar pasukan musuh dan pasukan yang mundur tidak dianggap kalah. Strategi yang terbaik

Pulanglah Khalid dan pasukan ke Madinah. Kira-kira bagaimana reaksi masyarakat Madinah.

Masyarakat Madinah tahu bagaimana jalannya peperangan karena Rasulullh menceritakan secara langsung apalagi ketika bendera kepemimpinan dipegang oleh Khalid. Kata Rasulullah saat itu, “Bendera dipegang oleh Khalid Syuyufi Min Syuyufillah. Baru tiga bulan sejak Khalid masuk islam tapi Khalid sudah mendapat gelar dari Rasulullah.

Sama seperti Umar yang juga mendapatkan gelar dari Rasulullah belum satu hari setelah keislamannya. Kata Umar kepada Rasulullah, “Bukankah kita di atas kebenaran ya Rasulullah?”. “Benar wahai Umar”. “Bukankah orang musyrik di atas kebatilan?”. “Benar wahai Umar”. “Terus kenapa kita bersembunyi-sembunyi di sini ya Rasulullah?”. “Terus menurutmu bagaimana wahai Umar”. Kata Umar, “Kita keluar kita umumkan keislaman kita. Kita buat barisan Hamzah sebelah kanan, saya sebelah kiri, Engkau di tengah-tengah dan kaum muslimin lainnya di belakang kemudian kita thawaf”. Kata Rasulullah, “Anta Alfaruq”. Dapat gelar dari Rasulullah di hari pertama keislamannya. Kita???

Khalid pulang ke Madinah. Ibu-ibu sudah berbaris menyambut dan melempar Khalid dan pasukannya dengan batu. “Wahai orang-orang yang kabur. Kalian kabur di jalan Allah. Kenapa kalian kabur lebih baik kalian mati syahid”.

Rasulullah kemudian keluar rumah sambil membentangkan tangannya dan berkata, “Bukan... bukan. Mereka bukan orang yang kabur. Mereka akan kembali lagi Insya Allah”.

Kemudian Nabi bertemu Khalid dan memeluknya dan berkata, “Anta syaifun min syuyufillah”. Kenapa Khalid tidak pernah terkahalhkan? Karena pedang Allah tidak mungkin terkalahkan.

Inilah kisah kecerdasan Khalid dalam perang Mu’tah.

Baca juga tentang salah satu pertempuran yang mengubah peradaban islam yaitu perang manzikert dsini

0 komentar:

Posting Komentar