Mengapa ketika kita membahas sosok Khalid bin Walid selalu bertemakan perang terus-terusan. Memang sosok Khalid hampir seluruh kehidupannya selalu berkisah tentang kepahlawanannya dalam peperangan. Sebelum kita membahas tentang Perang Yarmuk ini, mari kita lihat bagaimana syariat islam mengatur tentang perang.
Dalam Surat Ahzab yang mengisahkan tentang perang ada terselip satu ayat yang berbunyi, ‘Laqad kāna lakum fī rasụlillāhi uswatun ḥasanat’. Menjadi pertanyaan, apa hikmah Allah meletakkan satu ayat ini di tengah-tengah surat yang berkisah tentang perang?
Memahami ayat ini kita harus melihat konteks pada ayat sebelum dan setelahnya. Karena dengan demikian kita akan dapat memahami secara utuh makna dan maksud dari ayat tersebut.
Sama seperti ayat tentang menjaga shalat di dalam surat Al baqarah pada ayat 238 dan 239. Kalau kita hanya melihat satu ayat ini maka kita hanya akan mendapat makna tentang menjaga shalat. Tapi tahukah kit ajika ayat ini berada di tengah-tengah ayat yang bercerita tentang talaq dari 227 sampai dengan 242.
Artinya jika baik shalatnya mudah-mudahan akan baik juga rumah tangga kita. Bukan berarti tidak ada masalah. Tapi jika tiang pondasinya kokoh maka seberat apapun masalah tidak akan membuatnya roboh.
Sama dengan uswatun hasanah di tengah ayat tentang ahzab. Allah SWT Yang Maha Mulia bisa saja meletakkannya di ayat yang lebih sesuai secara kesesuaian makna. Tapi tidak disitu ditempatkannya. Apa maknanya? Seolah-olah Allah ingin mengatakan begini, kalau dalam perang saja ada uswatun hasanah apalagi kalau dalam kondisi damai.
Apalagi dalam Perang Ahzab. Perang dengan mobilisasi besar. Apalagi perang itu perang terendah di mana dalam perang itu islam menjadi common enemy di mana semua musuh bersatu menyerang islam. Makanya dalam islam kita mengenal ada akhlaq perang. Dalam perang saja ada akhlaq. Kira-kira selain perang bagaimana akhlaqnya?
Islam bahkan punya akhlaq terhadap bangsa jin. Bukankah kita di sunnahkan untuk tidak menggunakan tulang ketika kondisi tertentu saat buang air besar. Mengapa? Karena tulang adalah makanannya bangsa jin. Bukan berarti kita tidak boleh makan tulang. Tapi ini menggambarkan bagaiaman islam memiliki bahkan terhadap bangsa jin.
Akhlaq terhadap hewan yang ingin dibunuh atau disembelih. Apa kata Rasulullah SAW tajamkan alat sembelihannya, beri kenyamanan, beri rehat dan usahakan hewan sembelihan yang lain tidak melihatnya. Ke lingkungan juga sama. Ketika berenang dan ingin buang air. Kata Nabi jangan buang air di air yang mengenang dan seterusnya. Masya Allah
Jadi kalau dalam perang saja ada uswatun hasanah apalagi dalam kondisi damai. Rahmatan lil 'Alaminnya Rasulullah tidak bertentangan dengan perang yang Nabi pimpin. Artinya tidak tepat kalau kita berbicara tentang Rahmatan lil 'Alamin tapi kita menepikan tentang perang.
Justru dengan mempelajari perangnya Nabi kita menjadi tahu bagaimana akhlaq Nabi ketika perang.
Bagaimana akhlaq Nabi ketika perang?
Jangan bunuh anak kecil, perempuan, orangtua, orang yang sedang beribadah, jangan menghancurkan bangunan, jangan membunuh hewan, jangan menebang pohon, jangan bakar kebun. Kalau sudah menyerah biarkan. Kalau minta damai kasih damai.
Perang Yarmuk
Khalid bin Walid di zaman Nabi selalu menjadi yang terdepan. Ketika Baginda Nabi wafat. Hari apa Nabi lahir? Hari senin. Hari apa Nabi diangkat menjadi Nabi? Hari senin. Hari apa Nabi meninggal? Juga hari senin. Jadi mengapa kita tidak mencintai hari senin?
Jadi ketika Nabi wafat dan digantikan oleh Abu Bakar banyak orang-orang yang keluar dari agama islam. Melihat hal ini Abu Bakar mencoba untuk menyelesaikan masalah internal umat islam ini. Di antara yang dikirim oleh Abu Bakar untuk menjadi komandan pasukan adalah Khalid.
Setelah selesai masalah dengan gerakan orang-orang yang murtad di Jazirah Arab ini. Abu bakar mengirim Khalid ke Irak dengan seorang tabi’in bernama Mutsanna bin Haritsah. Sementara yang dikirim ke daerah Syam Abu bakar mengirim lima pasukan. Irak dengan Syam pada zamannya butuh waktu sekitar satu bulan. Perjalanan yang normal butuh waktu satu bulan kalau melewati jalan yang subur.
Abu bakar mengirim Khalid ke Irak dalam rangka penaklukan di Persia dan ke Syam dikirim lima pasukan dengan lima komandan, yaitu :
1. Yazid Bin Abu Sufyan. Anaknya Abu Sofyan. Siapa Abu Sofyan? Dia adalah satu di antara musuh bebuyutannya Rasulullah yang kemudian masuk islam. Yazid diutus sebagai komandan dibawah 6000 pasukan. Orang yang bisa merasakan lezatnya iman ada 3, orang yang mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari segala-galanya, yang mencintai seseorang karena Allah, dan orang yang benci kembali ke kekufuran seperti ia benci dilempar ke dalam neraka.
2. Kedua ada Syurahbil bin Hasanah dengan 6000 pasukan ke Yordan.
3. Ketiga Amr bin Ash yang di utus ke Palestina bersama 7000 prajurit. Seorang yang memiliki kecerdasan dan memiliki banyak kolega. Termasuk salah satunya adalah Raja Najasyi. Makanya ketika sahabat hijrah ke Habasyah yang menjadi duta Quraisy untuk meminta kembali sahabat-sahabat Nabi yang hijarah ke sana adalah Amr bin Ash.
4. Keempat adalah Abu Ubaidah. Seorang yang dijamin masuk surga.
5. Dan terakhir yaitu Ikrimah bin Abu Jahal. Anaknya Abu Jahal yang juga sangat memusuhi Nabi.
Total keseluruhan pasukan di kelima pasukan ini sekitar 26 ribu. Di Syam mereka menghadapi Pasukan Romawi sedangkan di Irak ada Persia.
Ketika itu Abu Bakar melihat jika lima pasukan yang dipimpin oleh lima komandan di Syam seperti kurang mendapatkan hasil yang diinginkan sehingga Abu Bakar menulis surat kepada Khalid yang saat itu berada di Irak.
“Dari Abdullah bin Abi Kuhafah kepada Khalid ibnul Walid. Kalau engkau menerima surat ini di Irak maka segera berangkat dari Irak menuju Syam. Karena Saudara-saudaramu sedang membutuhkan bantuan. Nanti jika engkau sudah selesai di Syam kembali ke Irak untuk meneruskan urusanmu kembali dan jangan engkau merasa atau sesuatu masuk ke hatimu berupa ujub dan jangan engkau merasa bangga. Maka engkau akan kalah dan engkau akan hina”.
Saat menerima dan membaca surat dari Abu Bakar. Khalid berkata kepada Mutsanna kita bagi jadi dua pasukan. Di Irak saat itu ada 20 ribu pasukan. Disitu ada tarik ulur antara keduanya tentang siapa yang akan dibawa dan bertahan di Irak.
Diantara semua pasukan ada satu sahabat yang menjadi tarik ulur antara Khalid dan Mutsanna. Ia adalah seorang sahabat bernama Al-Qa’Qa’ bin Amr. Sahabat yang ketika Khalid meminta pasukan bantuan kepada khalifah saat itu yaitu Abu Bakar namun Abu Bakar hanya mengirimkan satu orang. Ia adalah Al-Qa’qa’ bin Amr.
Kata Khalid, “Saya minta bantuan tapi kok dikirimnya Cuma seorang”. Qa’qa’ kasih surat dari Abu Bakar kepada Khalid yang isinya tidak akan kalah suatu pasukan yang diadalamnya ada Qa’qa’ karena ia sebanding dengan seribu orang. Sahabat ini juga menjadi tangan kanannya Khalid. Di mana ada Khalid disitu ada Qa’qa’.
Akhirnya setelah Tarik ulur Al-Qa’qa’ bin Amr masuk ke dalam pasukan Khalid yang akan dibawa ke Syam. Setelah itu Khalid bersiap berangkat sesuai dengan instruksi dari Abu Bakar yang memintanya untuk segera berangkat ke Syam secepat-cepatnya karena disana kondisinya sedang mengkhawatirkan. Kalau tidak segera dibantu khawatir kita akan kalah.
Khalid mengumpulkan sekitar 10,000 pasukan dan ia memberi instruksi kepada pasukannya. Kata Khalid, “Kita akan berangkat ke Syam tapi kita diminta untuk berangkat dan sampai dalam waktu yang secepat-cepatnya. Hanya perjalanan butuh waktu satu bulan. Sementara disana saudara kita sedang membutuhkan bantuan. Kata komandan-komandanya, “Terus apa saranmu, Wahai Khalid?. Khalid kemudian mencari seorang penunjuk jalan dan ia menemukan seorang yang bernama Rafi’ bin Umairah.
Kata Rafi’, “Saya pernah dari Irak ke Syam lewat jalan padang pasir hanya 15 hari sampai. Tapi tidak ada air selama 15 hari. Ada air itupun setelah 5 hari perjalanan dan saya pernah melewati jalan itupun 30 tahun yang lalu dengan ayah saya”.
Kata Khalid,”Kita lewat jalan sana”. Kata Rafi’, “Saya tidak mau ambil resiko”. Kata Khalid,”Memang mustahil lewat jalan sana”. “Tidak hanya saja lewat jalan sana perjalannya susah”. “Selama tidak mustahil kita lakukan”.
Kemudian Khalid mengutip satu Hadits Rasulullah SAW. Hadits lengkapnya bercerita tentang majelis ilmu. Isi haditnya yaitu Barangsiapa yang mengangkat kesulitan kaum mukmin. Allah juga akan mengangkat kesulitannya di hari kiamat. Barangsiapa yang menutup aib kaum kumkin Allah pun akan menutup aibnya di hari kiamat. Sampai di tengah haditsnya berbunyi Allah akan berada untuk menolong seorang hamba kalau seorang hamba sedang dalam menolong saudaranya.
Kata Khalid,”Kita pergi ke Syam untuk menolong saudara kita maka Allah pun pasti akan menolong kita”. Bayangkan jika kita menjadi pasukannya Khalid. Apakah kita akan percaya pada janji Allah atau pada indera dan perasaan kita?
Abu Bakar sebelum mengirim surat ke Khalid, beliau mengucapkan satu kalimat yang dahsyat tentang Khalid. Kata Abu Bakar,”Saya akan buat Bangsa Romawi lupa dengan bisikan syaithon dengan sosok Khalid”.
Rumusnya vertikal horizuntal. Ingin dimudahkan oleh Allah mudahkan orang lain. Ingin ditutup aibnya oleh Allah tutup aib orang lain dahulu. Ingin dimaafkan oleh Allah, maafkan orang lain.
Tapi yang nama iman pasti ada ujian. Mana yang dipercaya hadits Nabi atau kondisi. Kata Nabi begini tapi kondisinya begini. Contoh lain dalam Surat An-Nur dimana Allah memberi anjuran untuk menikah dan jika dalam kondisi fakir akan dicukupkan oleh Allah. Tapi apakah kita akan beriman sepenuhnya dengan janji Allah? Juga seperti sadaqah. Bahwa kata Nabi sadaqah tidak akan mengurangkan harta. Inilah iman yang memang membutuhkan ujian.
Kisah seperti pasukan Khalid ini kerap terulang dalam lembar sejarah. Salah satunya ketika Nabi meminta Ali tidur di kasurnya saat Nabi akan hijrah. Kata Nabi tidak akan apa-apa. Padahal ketika itu rumah Nabi sedang dikepung oleh musuhnya dari Quraisy.
Suatu saat Ali ditanya bagaimana perasaanya saat tidur di rumah Nabi. Jawab Ali, “Aku tidak pernah tidur senyaman di kamar dan tempat tidurnya Nabi”.
Kata Ali, “Karena saya yakin apa yang dikatakan Rasulullah lebih saya yakini daripada apa yang dilihat oleh mata”. Teori gampang tapi prakteknya butuh perjuangan. Makanya kita diminta untuk selalu berdo'a Tsabbit Qolbi 'alaa Diinik (teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).
Maka Khalid bersama 10 ribu pasukannya berangkat. Tapi tentu iman juga denga usaha. Apa usahanya Khalid?
Perjalanan 15 hari, padang pasir, 5 hari baru bertemu air. Jadi Khalid menyuruh pasukannya untuk membuat unta-unta lapar terlebih dahulu. Setelah itu dikasih makanan yang agak kasar, supaya makin haus. Setelah itu baru dikasih minum. Ini sebelum perjalanan. Setelah itu unta-untanya minum sampai punuknya penuh..
Berangkatlah pasukan Khalid. Satu, dua hari masih aman. Tiga hari mulai ada yang kelelahan dan unta juga mulai ada yang kehausan. Unta tadi disembelih dan air yang ada di punuknya diberikan untuk unta yang lain dan dagingnya di makan.
Sementara nasibnya pasukan Khalid gak bisa minum. Akhirnya pada hari keempat Khalid meminta pasukannya untuk menyimpan energinya dengan diam, tidak banyak bicara kecuali jika ingin mengucapkan sesuatu katakan Hasbunallah wa Ni’mal Wakil Ni’mal Maula Wani’mannasir. Darimana Khalid mengajarkan mereka ucapan ini. Ia adalah dari Ayat Alquran dalam surat Ali Imran 173-174.
Hari kelima Khalid memanggil Rafi'. Kata Khalid, “Kita sudah lima hari perjalanan di mana sumber airnya?” Kata Rafi',”Saya lewat sini 30 tahun yang lalu”. Bayangkan jika kita menjadi pasukan Khalid saat itu. Apakah kita masih tetap percaya pada Khalid.
“Yang saya ingat sumber mata airnya itu ada di antara dua pohon kurma”. Kata Khalid, "Cari pohon kurma". Di tengah padang pasir diminta cari pohon kurma. Pasukan Khalid kemudian menyebar. Sampai akhirnya ada pasukan yang menemukan dan ternyata sumber mata airnya masih ada.
Dari sana Khalid dan pasukannya kembali berbekal untuk melanjutkan perjalanan. Berangkatlah mereka sampai akhirnya sampai ke Syam dalam waktu yang tidak disangka-sangka yaitu dalam 15 hari.
Di antara lima komandan kaum muslimin di Syam, sahabat Abu Ubaidah adalah yang paling senior karena termasuk yang awal mula masuk islam. Sedangkan Khalid masuk islamnya tahun ke 6 H setelah perjanjian Hudaibiyah yang juga tahun 6 H.
Kata Abu Bakar dalam suratnya tadi, “Segera pergi ke Syam dan Aku juga menunjuk engkau menjadi komandan untuk seluruh tentara”.
Khalid menerima surat dari Abu Bakar di Irak, sampai di syam kemudian bertemu dengan komandan dan bertemu dengan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah senior sedangkan Khalid junior. Tapi mari kita lihat bagaimana adab di antara keduanya.
Kata Khalid, “Abu Ubaidah kalau bukan karena perintah dari Khalifah Abu Bakar maka aku tidak akan mau untuk menjadi komandan pasukan”. Kata Abu Ubaidah, “Saya tahu engkau labih pantas untuk menjadi komandan daripada saya”. Yang satu tawadhu’, yang satunya juga tawadhu’.
Singkat cerita berkumpullah lima komandan Syam dengan Khalid. Kata Khalid, “Izinkan saya untuk mengubah ulang strategi”. Apa yang dilakukan Khalid? Tadinya pasukan-pasukan kaum muslimin terpisah-pisah. Kata Khalid, “Gabung semua pasukan. Kita buat sayap kanan yang akan dipegang oleh Syurahbil dan Amr bin Ash, sayap sebelah kiri dipegang oleh Yazid dan di tengah dipegang oleh Abu Ubaidah bin Jarrah dan saya komandan untuk semuanya”. Apakah selesai sampai disini?
Kata Khalid tidak ini masih persiapan. Total pasukan saat itu di Syam ada 26 ribu, datang Khalid bersama pasukannya yang berjumlah 10 ribu, total pasukan kaum muslimin di Syam saat itu menjadi 36 ribu. Berapa jumlah orang Romawi. Kalau bukan karena sudah ditulis di buku-buku shirah, 36 ribu melawan 240 ribu. Darimana referensi angka seperti itu?
Satu 'Ali Ibn Al-Atsir, beliau buat kitab judulnya Usud al-Ghābah fi Ma‟rifah al-Shaĥabah dan Al-Isabah Fi Tamyiz Al-Sahabah oleh Ibnu Qayyim (Sepertinya Ustadz lupa karena saya cari penulisnya adalah Ibnu Hajar al-'Asqalani) .
Dan ada yang lebih kekinian. Jadi ada Jenderal Pakistan yang mempelajari tentang Khalid dan akhirnya nulis buku. Judul bukunya Alabkoriyah al askariyah wa syaifullah maslul (Kecerdasan militer dan pedang allah yang terhunus) Jendral Akram namanya.
Yang ketiga sumbernya adalah Abbas Mahmud Al Aqqad, orang mesir yang menulis kitab judulnya ‘Abqoriyah Khalid (Kecerdasan Khalid). Inilah sumber-sumber yang bisa dipercaya untuk menjadi rujukan bagaimana dalam Perang Yarmuk kaum muslimin yang berjumlah 36 ribu melawan pasukan Romawi yang berjumlah 240 ribu.
Kata Khalid, “Kita tidak bisa pisah-pisah seperti ini. Kita gabungkan dulu setelah itu nanti sebelah kanan dibagi lagi menjadi seribu-seribu kavaleri kecil, ditengah juga sama, dan sebalah kirim juga sama . Sudah dibagi menjadi tiga bagian yaitu sayap kanan, kiri dan tengah kemudian dibagi lagi menjadi 36 bagian. Sebelah kanan dua belas, kiri dua belas dan tengah juga dua belas.
Dari seribu pasukan dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu kanan, kiri, depan, belakang dan juga diangkat seorang komandan dari kalangan sahabat. Jadi ada komandan utama ada, 3 komandan sayap (kanan, tengah, dan kiri) dan juga komandan-komandan dari setiap seribu pasukan. Total ada 30 komandan.
Di masing-masing kelompok yang seribu tadi juga diangkat seorang penasehat motivator dari sahabat dan juga seorang orator yaitu Abu Sufyan dan juga Miqdad bin Amr yang membaca surat Al-Anfal. Yang menjadi pertanyaan apa sih strategi Khalid hingga membagi pasukan menjadi banyak kelompok.
Kata Khalid musuh kita ada 240 ribu. 240 ribu itu pasti mereka akan menggunakan strategi pasukan berkuda di depan. Itu akan menyisakan jarak karena pasukan berkuda akan jalan duluan. Nah ada jarak antara pasukan kuda dengan pasukan infanteri. Nah jarak inilah yang akan kita usahakan untuk terus diperlebar dengan membuat yang berkuda semakin ke depan dan pasukan infanteri semakin ke belakang. Dan kalau sudah dipisah antara senjata berat dengan ringan, antara kavaleri denan infanteri kita akan singkirkan dulu pasukan kavalerinya.
Maka karena inilah Khalid membuat pasukan menjadi kecil-kecil agar bisa masuk ke tengah-tengah pasukan musuh. Karena kalau pasukan muslimin kumpul semua menjadi satu akan sulit untuk melakukan strategi yang direncanakan Khalid.
Nanti yang satu dorong ke depan, yang satu dorong ke belakang dan satu di depan dan usahakan ini makin lama makin jauh. Karena kalau kavaleri gak menjauh dari infanteri nanti kavaleri akan mundur untuk melindungi infanterinya.
Usahakan mereka gak dikepung. Kenapa? Karena kalau mereka dikepung mereka akan melawan balik. Mirip seperti balon kalau misalkan diikat balonnya, keras kemudia kita pegang itu akan membel balik kembali. Tapi kalau ada balon kemudian diikat dan dibuka kita tekan itu pasti cepat keluarnya.
Dikepung dari belakang, depan, kanan ditekan maka nanti mereka akan menjauh dan keluar dari medan pertempuran. Sehingga kavalerinya akan menjauh dari pasukan infanteri. Jangan dikepung seluruhnya tapi biarkan mereka keluar menjauh. Ini setelah dikepung baru nanti kita serang pasukan infaterinya.
Khalid bin walid sudah membuat strategi seperti tadi. ‘Abqoriyah Askariyah, kecerdasan militer Khalid bin Walid.
Sudah disiapkan pasukan dan dibagi-bagi strateginya. Tiba-tiba perang mau dimulai ada surat datang dari Madinah dan diterima oleh Khalid bin walid. Seorang utusan datang membawa surat. Dibuka suratnya oleh Khalid bin Walid sebagai komandan tertinggi saat itu. Apa isinya? Ada 3 poin :
- Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji'un telah berpulang Abu Bakar Ash Siddiq dan saya dipilih oleh Abu Bakar untuk menjadi pemimpin kaum muslimin, untuk menjadi khalifah, menjadi amirul mukminin.
- Dengan dikirimnya surat ini maka saya putuskan serahkan tongkat komando
- Dan saya mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai komandan untuk seluruh pasukan.
Sebentar lagi mau perang, datang surat dari Umar dan Khalid sudah menyiapkan strategi. Kira-kira apa yang akan terjadi?
Khalid menunggu waktu malam dan ketika malam di panggil Abu Ubaidah dan Khalid memberikan penghormatan kepadanya. Abu Ubaidah bingung mengapa Khalid memberikan salam seorang prajuit kepada komandan. Kata Khalid, “Ini ada surat silahkan dibaca”. Dibuka oleh Abu Ubadidah. Kata Khalid, “Saya siap mendengar dan saya siap taat wahai Abu Ubaidah”.
Kalau perjuangannya karena jabatan disaat tidak punya jabatan atau karena popularitas dan ketika gak dapat popularitas pasti orang itu akan marah, kesal, dan emosi. Ada orang-orang yang susah digoda oleh syaithan yaitu orang yang ikhlas. Seperti dalam surat Shad ayat 80an saat iblis disuir oleh Allah SWT dari surga dan Iblis meminta agar dipanjangkan umurnya kemudian Allah mengabulkan. Kata iblis, “Saya akan sesatkan mereka semua kecuali orang-orang yang ikhlas”.
Khalid berjuang karena apa? Bukan karena jabatan bukan juga karena uang. Bahkan kata prajurit yang lain kami tidak melihat Khalid lebih sibuk saat menjadi prajuit daripada saat menjadi komandan. Ketika ditanya, jawabannya hanya karena Allah bukan karena Abu Ubaidah, Abu Bakar, Umar dan lainnya .
Abu Ubaidah berkata kepada Khalid, “Khalid engkau bukan prajurit biasa dan aku mengangkat engkau menjadi komanadan kavaleri”.
Jadi saat berkumpul dengan komandan yang lain, Khalid berkata, “Saya ingin memberi engkau satu pendapat”. Kata Abu Ubaidah, “Sampaikan ya Khalid seperti apa pendapatmu. Aku siap mendengar dan aku siap taat”. Masya Allah Abu Ubaidah yang komandan siap mendengar dan taat pada pendapat Khalid.
Bayangkan jika Khalid malah marah saat diturunkan menjadi prajurit dan juga Abu Ubaidah yang tidak mau mendengat pendapat Khalid.
Makanya tidak salah jika 'Ali Ibn Al-Atsir menulis kitab judulnya Usud al-Ghābah yang berarti singa. Karena dahulu kaum muslimin itu adalah singa dan sekarang kita seperti tertidur dari auman kejayaan masa lalu kita. Dan kita harus membangkitkan kembali kejayaan islam pada masa lalu.
Mulailah Perang Yarmuk dan kata Khalid kepada Abu Ubaidah, “Saran saya di awal pertempuran jangan mengeluarkan kekuatan terbesar kita. Karena Romawi dengan kekuatan sebesar itu mereka pasti akan mengeluarkan kekuatan terbesar mereka. Biarkan mereka melihat kalau kita kalah mereka pasti akan menyerang dengan lebih besar. Jumlah mereka banyak jadi jangan keluarkan kekuatan terbaik kita dan saat mereka lalai baru kita akan mecoba menyerang mereka dari tengah dan belakang.
Jenderal Akram menulis begini, “Khalid itu kalau jalan mengendap-endap tapi kalau sudah melompat ia akan seperti singa”. Pelan-pelan sampai musuh tidak sadar dan ketika menyerang langsung menyergap.
Akhirnya sesuai dengan saran Khalid pasukan kaum muslimin menyerang dengan biasa saja sedangkan pasukan Romawi menyerang dengan kekuatan terbaik mereka. Saat itu mereka menduga bahwa kaum muslimin mulai terdesak dan mereka mulai mencium aroma kemenangan di tangan mereka padahal sejatinya tidak.
Singkat cerita setelah perang yang sangat sengit
Singkat cerita setelah perang di hari pertama, kedua dan ketiga ada seorang komandan Romawi yang bernama Mahan. Ia ingin bertemu dengan Khalid. Kenapa yang dicari Khalid, karena Khalid lah yang ditakuti oleh pasukan Romawi.
Kata Mahan ketika bertemu Khalid, “Saya tahu yang membuat kalian keluar dari negeri kalian datang kesini karena kalian lapar. Begini saja seluruh pasukan kalian akan kami beri 1000 dinar setiap orangnya lengkap dengan pakaian yang bagus dan dengan imamah. Setelah itu kalian pulang tidak usah perang”.
Kata Khalid, “Bukan karena itu kami keluar. Asal engkau tahu kami ini adalah kaum yang suka minum darah dan yang kami dengar darah yang paling manis itu adalah darahnya bangsa Romawi dan kami senang minum darah seperti kalian suka minum khamr”. Melihat wajah seriusnya Khalid, kata Mahan, “Sudah, sudah ya Khalid kalau begitu”.
Yang namanya perang memang seperti itu. Kata Nabi perang itu adalah tipu daya. Jalan dengan sombong Allah tidak suka tapi kalau dalam perang Nabi membiarkan. Kalimat Khalid tadi kalau bukan dalam perang Allah tidak suka.
Mahan kembali dengan hasil yang tidak mereka harapkan dan ia bertemu dengan komandan lainnya bernama Georgia. Georgia kemudian juga ingin bertemu dengan Khalid. Saat bertemu Khalid ia berkata, “Wahai Khalid, saya ingin bertanya tapi tolong jawab dengan jujur karena orang merdeka itu tidak pernah berbohong”.
Kata Khalid, “Silahkan tanya”. Kata Georgia, “Benarkah Allah tuhanmu menurunkan pedang kepada Nabimu yang biasa engkau gunakan sehingga engkau dijuluki pedang Allah yang terhunus?
Kata Khalid, “Tidak”. Balas Georgia, “Terus mengapa engkau bisa dijuluki demikian?”.
“Saya dulu orang yang memusuhi Rasulullah kemudian Allah memberi saya hidayah dan Rasulullah mendoakan saya, ‘Ya Allah jadikanlah ia pedang di antara pedang-pedang-MU di muka bumi ini’. Dengan do’a Rasulullah itu saya menjadi keras terhadap orang-orang yang kufur”.
Kata Georgia,“Khalid kalau orang masuk islam itu seperti apa?
“Cukup mengucapkan kalimat syahadat kemudian akan masuk islam”.
“Terus kalau saya masuk islam, apakah saya akan seperti kalian?”
Kata Khalid,“Boleh jadi engkau lebih baik dari kami”.
“Bisa saya lebih baik?”
Khalid mengeluarkan satu kalimat yang luar biasa. “Ini urusannya bukan siapa yang paling duluan tapi siapa yang paling jujur”.
Kata Georgia, “Buktinya apa?”
“Saya terlambat masuk islam, tapi saya diangkat oleh Rasulullah menjadi komandan bagi kaum muslimin dan mungkin engkau juga lebih baik dari kami”.
Lama-lama Georgia semakin tertarik dan singkat cerita ia meminta Khalid untuk membimbingnya masuk ke dalam agalam islam. Seorang Komandan Romawi masuk islam di tangan Khalid dalam Perang Yarmuk.
Saat itu Georgia dibawa ke tenda dan Khalid mengajaknya Shalat Sunnah. Besoknya perang lagi. Dimana komandan Georgia berada? Di barisan kaum muslimin. Baru sehari masuk islam Georgia langsung syahid di jalan Allah.
Di tengah perang yang berkecamuk kaum muslimin akhirnya terdesak. Sampai akhirnya di belakang barisan kaum muslimin seorang sahabat yang menjadi salah satu komandan pasukan saat itu yaitu Ikrimah Bin Abu Jahal berkata, “Saya adalah orang yang memerangi Rasulullah bertahun-tahun dan saya teguh memerangi Beliau. Apakah saya sekarang memerangi Romawi dan saya kabur. Siapa yang siap berbai’at bersama saya untuk maju menghadapi Romawi”.
Akhirnya kumpul, kumpul, kumpul dan empat ratus orang berkumpul lalu mereka maju dan berhasil menghancurkan tiga ribu Pasukan Romawi. Empat ratus nya meninggal tiga ribunya juga meninggal.
Yang luar biasa dalam kisah ini, Ikrimah dalam kondisi sakararul maut dan dalam kondisi yang begitu haus. Kemudian datang seseorang ingin memberinya minum. Namun ketika ingin memberi Ikrimah minum, ada suara yang terdengar ‘haus, haus, haus’. Kata Ikrimah , “Dahulukan saudara saya. Beri dia minum terlebih dahulu”. Ketika ingin memberinya minum, kembali terdengar ada yang berkata ‘haus, haus, haus’. “Dahulukan saudara saya itu”. Sampai orang yang keempat begitu juga, yang kelima sampai kesepuluh juga sama. Sampai orang yang kesepuluh dia berkata, “Berikan dulu kepada Ikrimah”.
Namun ketika kembali ke Ikrimah ternyata dia sudah meninggal. Pun begitu dengan orang yang kedua, ketiga, keempat sampai orang kesepuluh semuanya sudah meninggal. Sepuluh orang tersebut meninggal karena mendahukukan saudaranya.
Kita jadi ingat dengan surat Al-Hasyr ayat 9 ‘…dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…’
Kalau berbagi dalam kondisi berlebih itu biasa. Tapi yang luar biasa jika untuk diri sendiri saja masih belum tercukupi tapi lebih mendahukukan urusan orang lain.
Apakah peristiwa tadi salah? Tidak. Karena derajat tertinggi dari persaudaraan adalah itsar dan yang paling rendah lapang dadalah minimal.
Dalam peristiwa Perang Yarmuk juga ada kisah tentang kepahlawanan seorang perempuan.
Abu Sufyan berangkat dengan istrinya. Siapa istrinya Abu Sufyan. Namanya Hindun binti Utbah. Masih ingat siapa dia. Dia adalah ''Akilatul Kibdah'' (Pemakan Hati). Pemakan hatinya hamzah. Namun dia masuk ke dalam agama islam dan ikut serta dalam jihad Perang Yarmuk di barisan paling belakang memimpin prempaun-perempuan. Jika ada pasukan mundur mereka akan berkata,”Ingin ke mana wahai pelindung islam. Apakah engkau lari dari surga yang dijanjikan”.
Sampai kata sahabat setelah Perang Yarmuk,”Lisannya Hindun lebih tajam dari pedangnya Romawi”.
Abu Sufyan mundur dan kata Hindun,”Wahai Abu Sufyan bertahun-tahun Anda memusuhi Rasul tutup dosa-dosamu dengan berperang di perang ini. Majuuu”.
Inilah jika sosok perempuan tenang dan tegar maka laki-laki juga akan ikut tegar. Seperti kisah Nabi selepas pulang dari Gua Hira dan Jabir saat pulang dari Perang Khandaq.
Ada juga kisah Khaulah binti Azwar. Saudari dari Dhuror ‘Sang dada terbuka’ karena kalau perang dia tidak pernah menggunakan baju besi makanya dikenal sebagai ‘ahlu sodr’. Dia termasuk dalam 400 orang yang meninggal bersama Ikrimah. Dan ketika Khaulah tau saudaranya meninggal ia dengan kudanya menghampiri jasad kakaknya mengenakan penutup muka hingga tidak ada yang mengenalinya.
Sampai orang romawi bingung dan kaget dan berkata jangan mendekati si penunggang kuda itu dan mereka akhirnya menjauh dari Khaulah. Sedangkan Khalid juga tidak mengenali siapa sebenarnya sosok di balik penutup muka tersebut.
Setelah perang usai Khalid bertanya kepadanya,”Siapakah Anda wahai penunggang kuda?”
Kemudian Khaulah membuka penutup mukanya dan berkata,”Aku adalah saudarnya Dhuror”.
Singkat cerita, Khalid membaca situasi perang bahwa pasukan Romawi sudah mulai terdesak mereka terkepung di antara sungai, parit dan danau. Strategi Khalid untuk masuk di antara kavaleri dan infanteri terbukti berhasil.
Kitab-kitab sirah mencatat sekitar 70,000 Pasukan Romawi tewas dalam peperangan ini. Pasukan Muslim sebanyak 36,000 berhasil membunuh pasukan musuh yang notabenenya memiliki pasukan yang jauh lebih banyak. Hampir sepertiga pasukan musuh dikalahkan.
Kira-kira apa alasan Umar bin Khattab mengganti Khalid ibn Walid dengan Abu Ubaidah? Apakah karena dulu semasa jahiliyah Umar pernah kalah dalam tarung gulat dengan Khalid? Atau karena Umar tidak ingin ada matahari kembar dalam tubuh kaum muslimin? Kira-kira inilah alasan yang selalu di keluarkan para orientalis yang mencoba untuk menyudutkan kaum muslimin.
Umar bin Khattab menulis maklumat yang disebarkan ke seluruh kaum muslimin saat itu. Kata Umar, “Saya tidak melengserkan Khalid karena kelemahan Khalid atau karena dia tertuduh sesuatu. Karena saya tidak ingin umat muslim terfitnah karena sosok Khalid (maksudnya timbul anggapan jika ada Khalid pasti kaum muslimin akan menang dalam peperangan)”.
Jadi Umar ingin agar aqidah kaum muslimin tidak melenceng dan agar kaum muslimin tidak menyanjung seorang sosok atau figuritas. Sama seperti banyaknya orang yang murtad selepas Rasulullah meninggal.
Kemudian alasan Umar berikutnya adalah Umar menilai sosok Abu Ubaidah bin Jarrah sosok senior yang bisa didahulukan. Karakter Khalid adalah karakter militer yang gesit, cepat dan tangkas. Sementara Abu Ubaidah adalah karakter pendamai.
Maka di waktu Khalid pulang ke Madinah dan bertemu dengan Umar sikap mereka biasa saja, tidak ada perselisihan di antara mereka. Bahkan ketika Khalid meninggal Umar termasuk sahabat yang menangis karena kepergian Khalid. Maka tidak benar jika ada isu yang mengatakan kalau ada perselisihan di antara Khalid dan Umar.
Inilah sedikit dari Kisah Khalid ibn Walid dalam Perang Yarmuk yang disampaikan oleh Ustadz Nur Ihsan Jundullah dalam ceramahnya. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan keislaman kita.
Sumber Gambar :
Arunreginald at en.wikipedia, CC BY-SA 3.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0>, via Wikimedia Commons
Ingin baca tentang kisah kepahlawanan Khalid yang lain dalam Perang Mu'tah, Sila bica disini